Siang hari begitu cerah. Mataharinya panas saat Melati tadi sempat ke dekat kolam renang yang jauh dari pepohonan, tapi karena tumbuhan yang banyak, disini terasa sejuk walaupun di luar.
Di dalam kamar, di dalam walk in closet Melati sibuk memilah pakaian. Lemarinya panjang, besar, tinggi. Walk in closet miliknya dengan Yuza ada di satu ruangan, hanya saja diberi pemisah. Lemarinya benar-benar panjang dan tinggi, belum lagi terdapat tahapan dan bagian-bagian khusus, sangat bagus.
"Nah! Banyak juga baju-baju baru. Baju pas honeymoon pada kemana, ya? Ini baru, kan? Hufft! Entar dimarahin kalo pake baju dress diulang-ulang," ucap Melati menempelkan dress di tubuh, memantulkan tubuhnya pada cermin besar."Kependekan, ga, ya? Hmm.Ga papa. Hehe. Mas Yuza juga bilang ga papa."
"Hmm? Setengah paha gini mah oke," gumam Melati setia menunduk. Ia mencuri pandang pada wajah dan kakinya di cermin.
"Well,.. mari Melati pakai!" Ucap manja Melati melengos menuju bagian tengah dinding dimana gorden melingkar. Di sana tempat berganti baju.
"Nyonyaa,.. nyonya Melatii,.." pelayan dalam balutan blazer dan dress hitam yang pas di tubuh itu memasuki lorong dengan segan. Di tangannya ada telfon rumah dengan lampu hijau berkedip di sana.
"Permisi, nyonya, ada telfon dari tuan Yuzaa."
"Nyonyaa,.. ini Hanna, nyonyaa."
"Aah? Hanna, disini, Hanna! Saya lagi ganti baju!" Teriak Melati meringis seiring berjinjit dengan dua tangan berusaha meraih resleting di belakang.
"Maaf saya masuk, nyonya. Tuan Yuza memerintah," Hanna membungkuk sesaat, tak berani menatap, lalu kembali menatap dengan sopan.
"Makasih banyak, Hanna. Halo, mas, assalaamu'alaikum?"
"Hai! Lagi ngapain?" Ucap Yuza dengan suara besar gagahnya yang menjadi lembut.
"Ooh,.. baru aja ganti baju. Mau ke mas Yuza. Kan, kata mas Yuza ke kantor pas siang? Hmm?"
"Mamih mau ajak kamu ke panti asuhan di bogor. Kamu ikut aja ke sana kalo mau. Soalnya kebetulan aku ada meeting dadakan sama komisaris."
Melati mengangguk patuh. Seluruh kata yang ia ucapkan adalah kata setuju. Melati tak membantah sama sekali.
"I love you."
"Ga usah dandan cantik-cantik. Yang penting rapi."
"Haa? Lho? Kok, gituu?" Gumam Melati nyaris memekik. Mana ada orang melarang istrinya tampil cantik.
"I miss you. Love you so much!"
Melati tersenyum menyerahkan telfon rumah. Dengan ramah ia meminta bantuan pada Hanna untuk memasangkan sisa resleting di belakang. Tak lupa Melati berterimakasih setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...