Melati berlari kencang memasuki belakang rumah majikannya. Ia berjalan melewati koridor panjang dan sepi untuk sampai ke kamar di mana ia tinggal. Ya, Melati tidak tidur di bangunan khusus pelayan, melainkan menyatu dengan pelayan terpercaya, dan berat tanggung jawabnya. Ia menolak untuk menempati kamar yang kosong, padahal calon ibu mertuanya sangat baik.
Di belakang bangunan rumah, Yuza mengguncang naik turun handle pintu yang Melati kunci dari dalam. Melati benar-benar cerdas, dan larinya cepat.
"Eergh! Bukaa! Melatii! Melati, bukaa!" Teriak Yuza mulai berusaha mendobrak pintu dengan bahu.
"Eergh! Buka, bukaa!"
"Melatiii!" Teriak Yuza mundur berancang-ancang, lalu dalam sekali gerakan membanting bahu sekuat tenaga pada pintu itu.
'Brak!'
Yuza terpental masuk akibat ulahnya sendiri. Kedua tangannya sampai harus berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang condong ke depan, nyaris tersungkur.
Melati memasuki kamar tanpa permisi. Di dalamnya tak ada siapapun. Ia berlari menuju kamar mandi, menyalakan shower tinggi dan semua keran, lalu ia memojok di bak mandi khusus berendam. Ia menangis pilu, meraung memanggil ayahnya.
"Melatii! Melati buka, Melatii!" Penggil Rara, sosok yang keibuan pada Melati. Ia memukul pintu kamar mandi dengan kuat.
"Mel,.. bicara sama teteh, Mel. Aku dengerin, kok. Yuk!"
"Melatii!" Panggil dua orang pelayan memasuki kamar bersamaan.
Gadis itu meringkuk memasukan wajah ke celah dua lututnya yang melipat naik. Ia menangisi kejadian tadi yang sangat mengguncang hati. Melati merasa takut dan seperti sudah direndahkan. Entah, dirinya tadi sangat terancam.
Sekarang perasaan sedih Melati semakin bertambah. Yuza pasti sangat marah dan tak terima sudah ia tampar. Padahal itu murni karena Melati takut dan menolak.
"Huuu. Huuu. Baapaak. Huu. Melati takuut. Huuu." Melati meraung, memeluk tubuhnya seiring air bak naik, kini sudah sampai di pinggang.
"Huuu. Hiks. Hiks. Huu."
"Mas Yuza jahaat. Bapaak. Huuu," tangisnya semakin pedih. Melati tahu jelas bagaimana menakutkannya Yuza. Dulu sebelum mereka dekat, Melati tahu betul Yuza orang seperti apa.
Melati mencebik dengan tatapan kosong di mata. Bibirnya gemetar, linang airmata tak bisa ia tahan. Takut, sakit, sedih, semua bercampur menjadi satu. Sarip selalu memberitahunya kalau jangan sampai dirinya mau diajak macam-macam, tidak boleh sampai khilaf, jangan seperti Sarip dulu. Terlebih, tidak ada jaminan kalau pria yang sudah berhubungan badan dengannya pasti akan menikahi. Tidak, tidak ada jaminan, meskipun laki-laki itu sudah bersujud, berjanji, bersumpah didepan ribuan saksi. Yang pasti-pasti saja, menikah dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...