Cerahnya pagi menemani Melati yang berjalan sigap menelusuri koridor menuju kamar nenek Ikah, nenek yang berbaik hati mengizinkan Melati dan Yuza tinggal bersama di kediamannya saat tersesat dulu. Nenek itu tinggal di kamar pelayan senior yang sedang pulang kampung. Kamarnya bagus, untuk satu orang, dan Sara beri kulkas di dalam, khusus untuk nenek Ikah.
Pintu kamar berukuran tak kecil itu membuka. Wanita tua renta bernama Ikah itu tampak masih tertidur lelap dengan balutan selimut tebal.
Gorden putih dua lapis itu Melati dorong, lalu ia ikat di sisi kusen jendela. Melati memutar kepala menatap nenek tua yang tidur dengan tenang di sana. Bibir Melati melengkung manis.
"Neneek,.. sekarang udah enakan, kan, nek? Katanya nenek demam kemarin. Melati kaget," ucap Melati melangkah melewati ranjang tuk membenarkan gorden di jendela sana.
"Melati minta maaf, ya, semalem ga jenguk. Uumm,.. hehe. Ada kabar gembira!"
"Hehe. Melati bingung harus dari mana ngobrolinnya. Hehehe. Abisan kisahnya panjang!" Girangnya berdiri menggoyangkan tubuh membelakangi Ikah yang tak bergeming.
"Ini tu kabar yang nenek tunggu-tunggu, tahuu! Hihihi. Kabar yang meenceengaangkan!" Lanjut Melati duduk di sisi ranjang yang kosong. Matanya melebar, kedua tangannya bergerak menggambarkan. Melati masih terus membelakangi.
"Alhamdulillah, cita-cita Melati kesampean. Saking tahu itu bukan hal biasa, itu hal mustahil, Melati sampe ga berani berharap!"
"Tapi ternyata, Allah sebaik itu ke Melati. Melati selaluu berdoa supaya bisa berjodoh sama mas Yuza kalo inget wajah gantengnya. Hehe."
"Nenek jangan aduin ke siap-siapa yaa! Melati marah pokoknya!" Tukas Melati memutar duduk di sisi ranjang. Ia daratkan tangannya di bahu itu.
"Nenek! Neek!" Bisik Melati mencondongkan tubuh.
"Neneek,.. ini seriusan kabar bahagia lhoo!"
"Nenek cantiik! Melati sedang berbicaraa,.." lanjut Melati bernada manis nan sabar. Ia usap rambut penuh uban itu.
Melati tersenyum gemas memandangi wajah tentram nan damai itu. Ia usap sisi kening Ikah, ia bersihkan daun telinga Ikah seiring mengulum senyum.
Gadis itu melipat bibir. Matanya memutar seiring berpikir. Sepertinya Ikah benar-benar bercanda. Gadis itu lalu mengangguk dengan cebikan di bibir.
"Melatii dilamaar,.. mas Yuuzaa! Yeaay!" Girang Melati mengguncang cukup semangat. Tubuh renta itu bergerak seluruhnya, begitu kaku.
"Nenek? Nenek Ikah?"
"Nek? Nenek?" Panggilnya kesekian kali mengguncang.
"Nenek?!" Kejutnya mengguncang lengan itu dibalik selimut.
"Neneeek!" Pekik Melati melotot mengguncang tak tenang pada tubuh itu. Melati sampai duduk bersimpuh di atas kasur.
"Hiks. Neneek! Neek! Huuu!" Raungnya mengguncang tak sabar, menyingpak selimat itu tuk mengecek suhu tubuh itu di banyak bagian tubuh.
Semakin Melati mengguncang dan menyentuh, semakin Melati menangis dibuatnya. Ikah tak memberi respon, suhu tubuhnya dingin, badannya kaku.
Suara tangisan kencang memenuhi kamar berkonsep modern sederhana ini. Tampaknya gadis cantik itu sangat berat kehilangan sosok yang ia sayang. Sekujur tubuh Melati gemetar, tak bisa merhenti meratapi kepergian Ikah. Ya, Ikah mati, Ikah telah tiada. Sudah sangat kencang Melati mengguncang, tetap semuanya nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...