Di warung yang setengah runtuh ini, Yuza dan Melati duduk diatas sofa rotan. Para warga justru semakin bertambah banyak saja. Melati dan Yuza benar-benar dikelilingi mereka. Padahal Melati sangat sibuk berusaha menenangkan Yuza yang rewel. Yuza sedari tadi terus menarik ulur untuk diobati. Kepalanya terus maju mundur.
Perlahan demi perlahan, tangan mungil yang ditangannya ada kapas basah itu mulai mendekat menuju luka yang ada di pelipis Yuza. Yuza sibuk menatap Mekati tanpa mengedip. Ini sama sekali tidak sakit, apalagi diberi pemandangan indah sempurna. Melati cantik sekali, terlihat dewasa pula, cocok menjadi istrinya Yuza Pratama. Sontak Yuza mendengus atas pemikirannya sendiri.
"A-akh! Pelan-pelan, Melatii. Ck! Harusnya kamu tiup-tiup dulu!" Geram Yuza memajukan pelipisnya tanpa ingin dibantah. Yuza membuat para warga meringis sport jantung kala menontonnya yang terus protes tak bisa sabar.
"I-iya. Tuan Yuza-nya jangan gerak-gerak terus." Melati meringis dengan tangan bergetar ketakutan tuk menempelkan tisu juga kapas di kening Yuza.
"Aakh!!" Teriak Yuza layak singa mengaum. Matanya terpejam erat dengan salah satu sisi mencuri pandang.
"A-aakh!" Jerit Melati sontak menutup dua telinganya. Suara Yuza sangat kencang hingga membuat telinga Melati seperti ditiup trompet.
"Ayo, Melati! Di mobil! Kalo disini kuman-kuman bakalan pada nemp-aakh!" Teriak Yuza lagi-lagi menekan pelipisnya itu. Yuza berakting? Ya, Yuza sedang berakting. Yuza ingin Melati lama bersamanya.
"Ssstt! Saya bisa pingsan, Melati. Saya ga kuat. Sst." Yuza mulai tak menggemparkan seperti tadi. Kepalanya menunduk lemas dengan bahu yang turun tanpa tenaga.
"Tu-tu-tuan,.. iya. Yuk! Kita ke mobil, yuk. Tuan Yuza bisa, kan, jalan kaki sendiri?" Ucap Melati dengan penuh perhatian mencengkeram lembut lengan kekar Yuza yang terus melipat keatas tuk menutup wajah tampannya.
"Tuan,..? Tuan Yuza kuat, kan?" Lirih Melati tak kuasa untuk mencoba menarik lengan Yuza. Yuza malah terus menutup wajahnya dengan kefrustasian yang begitu kentara.b
"Saya kira cowok gede badannya ga bakalan gitu. Lemah banget ya tu cowok. Padahal ototnya aja perfect!" Bisik salah satu ibu yang entah ada disebelah mana.
"Iya. Ho'oh. Saya juga aneh. Anak cowok saya yang SD aja kemarin kek gitu, kagak mewek sama sekali lho!"
Yuza yang mendengar bisikan itu sontak membengis dengan bola mata memutar jengah. Ingin sekali Yuza tutup bibir mereka dengan lem tikus. Melati akan goyah dan sadar jika mendengar itu semua. Yuza harus segera membawa Melati.
"Ssstt! Sekalii aja, tuan. Melati lihat lukanya. Itu darahnya, kan, harus ditahan." Melati meringis frustasi juga sedih. Kasihan sekali Yuza ini. Tangan Melati maju mundur kesulitan memberanikan diri tuk mengusap luka disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...