Di dalam kamar dengan penerangan yang tak terlalu cerah, di sana wanita muda berbalit daster bunga-bunga duduk bersila di atas karpet dekat ranjang. Ia menyatukan rambut, memutar dan menggulungnya, lalu dicapit oleh jedai kupu-kupu. Di depannya ada banyak skincare di satu wadah besar. Satu yang ia pegang adalah cairan penghapus make-up.
Yuza berjalan lurus melewati lorong antara walk in closet dan ruang lainnya. Tuk sesaat ia menelisik istrinya. Agak mengherankan, istrinya tampak kaku, sedikit dingin dari biasanya.
"Ada apa aja hari ini? Juara bikin repot?" Tanya Yuza melewati istrinya yang duduk lesehan, lalu duduk di ranjang.
"Melati!"
"Hei!" Tegurnya lembut. Istrinya sibuk mengusap wajah dengan kapas, tak mengindahkannya.
"Biasa aja, lah! Ngapain jadi ngerembet ke Juara bikin repot?" Timpal Melati diawali raut sensitif, lalu membuang muka, semakin fokus menghapus make-up.
"Kamu lapar?"
"Bukannya tadi dah makan?" Jawab Melati mendongak tanpa senyuman, namun tak juga sinis.
"Kamu kenapa? Kalo ada apa-apa bilang baik-baik, Melati."
Melati masih mendongak. Tatapannya beralih menatap mata yang menatap lembut, berlarih lagi menatap bibir itu, lalu Melati menyibukkan diri dengan skincarenya.
Kening pria dalam balutan piyama itu mengkerut, matanya memicing menelisik.
Melati mencuri pandang. Di sana suaminya sibuk memainkan ponsel, entah sedang apa. Perlahan ia tertegun. Di sisi lain Melati penasaran, tapi juga ingin positif thinking. Dan sekarang sedang berusaha berfikiran positif, dan itu sulit.
"Hadiah yang aku beli bukannya udah dateng?" Tanya Yuza menurunkan ponsel. Dirinya curiga istrinya marah karena kado.
"Mas Yuza selalu pake pengaman, kan, kalo maen sama cewek?"
Yuza membeku terkesiap. Matanya tak melotot lebar, melainkan nyawanya seperti dicabut. Ia kehabisan kata-kata kala menatap wajah cantik itu.
"Kenapa diem?" Tanya wanita itu setia mendongak pada sang suami.
"Ngapain kamu nanya?" Timpal Yuza memicing.
"Kenapa ga langsung jawab aja?"
Bibir Yuza sontak melipat masuk. Istrinya memang sangat pintar sekarang. Istrinya banyak dididik oleh kakak dan adik kembarnya.
"Huufft!"
"Itu masa lalu, Melati, masa muda aku sebelum nikah sama kamu. Aku hidup di Amerika belasan tahun, pergaulan aku gaya mereka." Yuza sedikit salah tingkah. Dirinya tidak bersalah, tapi tetap merasa bersalah.
"Kamu kenapa? Hmm?" Tanya Yuza lembut, Yuza sampai duduk sila di bawah.
"Mas Yuza yakin ga pernah maen sama cewek lain selama kita nikah?" Tanya Melati menatap seksama pada sosok yang ada di hadapannya.
"Maksud kamu?"
"Aku tersinggung, Melati. Maksudnya apa? Kamu sampe nanya gitu berarti kamu curiga. Bisa sampe curiga itu berarti ada yang mencurigakan di aku menurut kamu. Apa? Apa yang bikin kamu curiga?" Runtut Yuza dengan tenang, namun berani. Jelas betul dirinya tak melakukan apa yang istrinya curigai.
"Bicara, Melati."
"Aku ga tahu, mas."
"Kamu harus jawab. Kamu yang mulai duluan. Aku harus jawab apa kalo emang ga ngelakuin?" Tuntut Yuza dengan pongah.
Percakapan mereka cukup alot. Kini justru terbalik, Yuza yang mengintrogasi Melati. Sungguh Yuza tak tenang jikalau sampai ada hal seperti ini, terlebih adat kehidupan mereka berbeda jauh. Istrinya tabu, bahkan bersentuhan dengan laki-laki selain dirinya bisa dihitung jari, beda dengan dirinya yang entah sudah pernah tidur dengan berapa wanita. Bisa setiap malam berganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...