[MELATI'S LOVE STORY]
Di luar salah satu kamar rawat inap, di depannya ada ruang terbuka dimana banyak sofa berjajar rapih menghadap meja. Ini seperti ruang keluarga saja. Di sana terlihat ada sosok pria berkaos merah tua yang duduk melipat naik satu kakinya yang didaratkan di satu kakinya lagi.
Yuza menyugar rambut, giginya bergemelatuk. Di dua hari ini dirinya dan sang istri hampir tak berkomunikasi sama sekali. Yuza yang marah sekaligus malu, dan Melati yang jelas tak terima.
"Permisi, tuan. Katanya lima belas menit lagi sampai," ucap pesuruh bertubuh tinggi besar yang segera dijawab anggukan dan diusir lewat tepisan jari.
"Saya permisi."
Melati duduk merenung di tengah kesendiriannya di dalam kamar rawat inap yang luas ini. Dua kakinya menggantung turun. Suaminya tak ada di kamar, melainkan dirinya yang meminta agar suaminya keluar dari kamar saja, dirinya butuh waktu sendiri.
Wanita berwajah tak segar itu perlahan menunduk. Ia pandangi perutnya yang tertutup pakaian pasien. Perlahan ia usap perut bawahnya dengan lembut. Cukup lama ia memejamkan mata, kini airmata mengalir melintasi pipi.
"Hidup sendiri ga bisa hamil, hidup sama suami pun tetep sama. Hiks." Melati menunduk, bibirnya yang mencebik itu gemetar kuat.
"Hiks. Kenapa mas Yuza jahat? Hiks. Kenapa mas Yuza ga mau bantu rahim aku, obatin rahim akuu? Hiks. Mas Yuza lebih milih ga punya anak. Hiks. Hiks. Huuuu."
"Ya Allah, Melati salah apa sampe belum diberi kesempatan buat punya anak? Ini harapannya akuu, mimpi besar akuu," ungkap Melati membungkuk menekan lembut perut bawah dengan kedua tangan.
"Katanya mas Yuza cinta aku? Mas Yuza bakal kasih apapun buat aku selagi baik buat kita. Hiks," ucap parau Melati menggeleng sedih.
"Ngapain mas Yuza nikah kalo ga mau punya anak, maas?"
"Kalo gini, mas Yuza jebak aku! Hiks."
"Kenapaa?" Raung Melati teramat parau menyedihkan. Ia memandangi sekeliling kamar dengan pandangan kecewa, matanya memerah tak berhenti dibanjiri airmata.
Cukup lama Melati menumpahkan tangis dan segala rasa sedih serta kecewa, kini Melati mengusap bawah matanya dengan banyak tisu. Perlahan ia menarik tihang infusan, ia menuruni ranjang, ia langkahkan kakinya menuju jendela besar dengan gorden tebal di sisi dengan tihang infusan yang setia di sampingnya.
"Huuft!"
"Mendung,." Ucap Melati memandangi langit yang ditemani awal hitam.
Wanita berwajah sembab itu mengedip lemah kala merasakan sedikit hembusan angin di wajah. Ia usap perut bawahnya naik turun, ia tersenyum miris meratapi hidup yang kejam.
"Bapak sama Adit kapaan, ya, kesini? Melati kangen. Melati juga kangen Keysha," gumamnya mendongak dengan tatapan kosong.
"Kira-kiraa ibu Siti udah sembuh belum, yaa, ginjalnya? Melati doain, semoga cepet sembuh, ga sakit-sakitan lagii." Melati tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...