64. Marahan lagi.

940 108 23
                                    


Aku berharap di eps selanjutnya kalian akan mulai tenang, disuguhi keadaan yang semakin tenang dan manis.❤🤗. Sabar yaa.

[MELATI'S LOVE STORY]

Sedari siang menuju sore hingga malam hari, Melati terus bersama bocah bertubuh gempal bernama Juara. Juara yang sakit demam sama sekali tak mau dilepas dari gendongan. Jika dihitung, entah berapa jam lamanya Melati menggendong Juara. Sampai ditidurkan di kasur pun Melati harus ikut tidur menyamping. Juara menangis marah sekaligus memohon kala Melati berhenti menggendonganya. Melati mana tega.

Diatas kasur tebal tanpa ranjang itu Melati berbaring menyamping dengan tangan memeluk ke atas ke pala Juara, mengusap bahu anak yang keningnya diberi plester penurun panas.

Melati tersenyum memandangi Juara yang tertidur mencengkeram tali dressnya. Juara begitu menggemaskan dan tampan. Tingkah Juara membuat Melati merasa menjadi ibu sungguhan. Untuk pertamakalinya Melati merawat intensif anak dari salah satu panti asuhan. Tak pernah dirinya sampai seperti ini.

"Neng, neng geuliis,.."

Bisikan di balik pintu hadir membuat Melati tersadar dari lamunan. Ia pandangi wajah Juara, ia usap pipi itu tuk menenangkan.

"Iya, bu nyaii. Masuuk,.." jawab Melati setengah membisik. Ia tutup lembut telinga Juara.

"Ini, bu nyai bawain makanan. Ada sop, dari mamih Yaya. Enak banget. Sama ada kue bolu juga dari Bunda Ajeng." Ibu berbalut kerudung syari dan gamis besar itu melangkah hati-hati membawa nampan.

"Ya ampun, buu, ga papa atuuh. Saya bisa ngambil sendiri nanti. Malah ngerepotin bu nyai," jawab Melati tak berani meninggikan suara. Sedikit dirinya berusaha bangkit, duduk menyandar pada dinding.

"Ga papa atuh ah! Ga usah kituu!"

"Dimakan, ya, neng, yaa. Eneng suka gituu, lupa makan kalo udah sama anak."

"Hehe." Melati terkekeh malu-malu. Rambut blonde-nya sudah tak rapih, membuat dirinya seperti seorang ibu yang tak sempat merapikan diri.

"Ck! Si eneng cantik banget, yaa. Rambutnya berantakan aja cantik!"

"Aah? Hehe. Bu Nyai ada-ada aja."

Melati bersemu merah. Segera ia meraih pouch besar miliknya tuk mengambil cermin kecil. Dirinya mendengus kala memandangi wajahnya di cermin yang ternyata memang sangat cantik.

Rayuan demi rayuan semakin membuat Melati bersemu merah. Sesekali ia memandangi Juara, mengusap lembut kepala dan kening itu. Ia meraih tangan gempal Juara, lipatan pergelangan tangannya membuat ia tak bisa menahan kekehan.

"Si ganteeng, bobo yang nyenyak, yaaa. Anaknya bunda Mel-mel tidur yang nyenyaak," ucap Melati tersenyum manis seiring mengusap jari mungil itu satu persatu.

"Neng,.. neng geulis!" Bisik Bu Nyai membuat Melati terkesiap.

"I-iya, bu? Gimana?"

"Ga mau, gituh, ngangkat anak dari panti? Satu aja! Gituu." Bu Nyai bersimpuh di sisi kasur dengan kaki ke bawah. Matanya memicing, sangat serius.

"Ang–angkat anak? Uumm,.. eng-enggak d-dulu, bu nyaii. Hehe." Melati tersenyum menyembunyikan perasan terpojoknya. Dirinya sedih sekaligus bingung.

"Kenapaa? Iih,.. padahal mah! Lihat, semuaa pada sayang bunda Mel-mel. Bunda-bunda yang lain aja udah pada ngangkat anak."

Melati lagi-lagi mendengus dan terkekeh canggung sebagai jawaban. Dirinya sangat-sangat mau, tapi dirinya tak boleh egois. Dan bagaimana kalau sampai mengangkat anak, lalu suaminya tak sayang pada anak itu sampai dia dewasa? Bukankah anak angkatnya akan menjadi korban?

Melati's love story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang