22. Terdampar.

3.4K 452 54
                                    

Suasana alam sekitar di hutan ini pada pagi hari begitulah asri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana alam sekitar di hutan ini pada pagi hari begitulah asri. Pohon-pohon menjulang tinggi, diameternya luas, memiliki daun yang amat rimbun. Tetesan air embun dari daun bergantian berjatuhan dalam selang waktu yang cepat, apalagi saat ada angin yang membuatnya sedikit terguncang.

Helikopter disana terbelah menjadi dua bagian besar, namun bagian depannya hampir hancur. Sudah tak ada lagi api ataupun asap, semalam hujan melanda, membuatnya mati dengan cepat. Orang-orang itu seperti barang yang berserakan, memiliki jarak yang jauh antara satu dan yang lainnya dengan kondisi yang mengenaskan.

Melati meraung kesakitan sudah dari setengah jam yang lalu. Pahanya yang bercucuran darah ia cengkeram dengan kuat, ada ranting yang menancap di samping paha bawahnya.

"Huuuu. Huuuu. Sakiit. Tolooong. Hiks. Huuu." Melati terus menunduk menutup mata, dirinya sendiri tak berani melihat luka itu.

"Huuuu. Kalian banguuun. Huuu. Toolooong. Huuu." Melati mulai mengangkat kepala, ditatapnya Yuza, Devi, dan Adit dengan bergantian. Hanya Yuza yang laling dekat, sedangkan Adit dan Devi mungkin berjalan puluhan meter.

Kucuran airmata menemani suara tangis ini berlanjut tersedu. Sungguh Melati frustasi melihat ketiga orang itu mengeluarkan darah dari tubuh mereka, bahkan Devi berdarah dibagian kening dan bahu, sedangkan Yuza hanya memiliki goresan-goresan saja, dan Adit terjatuh telungkup dengan baju kemeja yang robek besar di punggungnya dengan darah yang kini sudah kering disana.

"Huuuu. Takuut. Tooloong. Hiks. Hiks. Kalian baanguun. Huuu." Melati menatap lirih pada Devi, Adit dan Yuza bersama kucuran airmatanya. Matanya begitu sembab, rambutnya berantakan, ditambah lagi banyak sayatan di wajah maupun kakinya.

"Hiks. Hiks. Diingiiin. Huuu."

"Eugh! Tuan, banguun." Melati dengan frustasi melempar ranting yang berserakan bebas disisinya.

"Tuaan! Hiks. Baanguuun!"

Yuza mengedip kala terasa sesuatu yang menimpa perutnya, terasa cukup keras. Perlahan Yuza berusaha membuka mata tuk mencari asal benda yang terus menghantam tubuhnya.

"Where is it?" Gumam Yuza berusaha membuat tubuhnya bangkit. Kini dirinya pun berhasil menyandar pada pohon besar yang menjaganya dari sinar matahari.

"Aakh! Fuck! Ssst!"

"Dimana ini? Banyak pohon, hutan." Yuza meringis kesakitan menekan kepalanya. Matanya menelisik pada helikopter yang sudah hancur juga hangus disana, ingatannya pun perlahan demi perlahan mulai kembali.

"Huuuu! Huuu! Tuaaan. Aakh!" Pekik Melati sontak terkejut merasakan sakit setelah baru saja menggeser tubuhnya tuk mendekat.

"Melatii? Hei! Melatii! Aakh!"

Melati's love story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang