Mobil hitam itu parkir tiba-tiba, mengeluarkan suara decitan yang mrmbiat banyak orang meringis. Yuza keluar dari mobil, lalu berlari kencang memasuki gedung kafe mewah milik ibunya.
Yuza menaiki lift, kedua kakinya bergerak tak sabaran dengan tubuh yang berdiri tepat di depan pintu lift. Baru sedikit pintu lift terbuka, Yuza melewatinya segera. Yuza ingin segera bertemu calon istrinya.
"Makan yang banyak, yaa. Katanya mau punya anak banyak. Biar kuat! Hehe." Sara berdiri mengusap kepala Melati.
"Iya, tante mamih," jawab Melati lemah. Ia duduk di meja besar tempat para karyawan inti meeting di ruangan Sara.
"Kalo mau anak laki-laki, katanya harus makan banyak daging, ya, nanti pas hamil?"
"Hmm? Justru bukan pas hamilnya, tapi jauh-jauh hari sebelum,.. janin dibuat," bisik Sara menurunkan nada suara di akhir.
"Tante mau tanya. Melati lulusan SMP, bukan SMP favorit juga, tapi Melati pinter. Melati paham tentang cara membuat anak juga." Sara menarik kursi, lalu duduk segera.
"Hehehe. Maluu. Hehe. Kan, bapak jelasin. Bapak itu guru Melati. Semuaaa bapak jelasin." Melati bersemu merah dalam keadaan masih tersisa lesunya.
"Kata bapak, Melati tu ga boleh polos buat urusan gitu. Bapak juga ajarin Melati buat ga malu bertanya."
"Melati, kan, bodoh. Hehe. Jadii,.. harus rajin bertanya ke bapak," ucap Melati tersenyum manis.
"Hey! Kok, bilang bodoh? Hmm? Tidak boleh seperti itu, sayaang." Sara meringis kecewa. Ia tangkup punggung tangan itu, ia usap lembut.
Melati mengatupkan bibir. Ia merasa sangat bersalah membuat Sara kecewa. Tapi memang Melati bodoh dalam banyak hal.
"Melati! Melati, kamu ga papa, kan? Katanya si Gerald dateng kesini! Sini, sayang, mana yang sakit?" Desak Yuza melangkah tanpa mau menurunkan kecepatan langkah. Ia tarik dua tangan Mekati hingga sendok dan garpu jatuh pada lantai. Ia periksa tangan kekasihnya, ia sedikit putar ke kanan ke kiri, ia angkat naik turun.
"Katanya Gerald tarik-tarik tangan kamu? Mana? Kasih tahu aku!" Cemas Yuza membungkuk mensejajarkan wajah, lalu kembali memeriksa, bahkan sampai baju tangan Melati didorong naik.
"Mas Yuzaa,.. hiks. Mas Yuza ga marah, kaan? Hiks."
"Hey? Why? What's wrong?"
"Hiks. Hiks." Melati terisak segera melipat bibir. Ia tutup matanya dengan kuat, membuat airmata mengalir.
"Sayang, Melatii,..? Ada apa? Bicara sama aku." Yuza menangkup wajah itu, mengusap bawah mata itu dengan ibu jari.
"Huuuu. Hiks. Huuu. Huuu." Melati mendekap erat Yuza tanpa permisi. Ia tekan wajahnya di bawah dada bidang itu. Ya, tinggi Yuza 185, sedangkan Melati 157.
"Huuu. Mas Yuzaaa. Huuu. Melati maunya mas Yuzaa. Hiks. Ga mau, ga mau yang lain. Huuu."
"Ayo nikaah. Hiks. Hiks. Ayoo. Ayo cepetan nikaah, mas Yuzaa. Hiks. Huuu," raungnya mengguncang tubuh Yuza tak sabaran. Kesepuluh jarinya mencengkeram pada punggung berotot itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...