Ada lima orang duduk di meja makan. Mereka sedang berada di restoran bintang lima di Beijing. Mereka berada di lantai 105 di gedung pencakar langit ini. Ada Sara, Celine dan Sharon yang sibuk mengambil foto di dekat pagar kaca tembus pandang dengan pemandangan indah yang menjadi suguhan. Di meja outdoor dekat dinding ada Yuda dan Kevin yang duduk berdua, bermain catur lewat tablet mereka.
"Mami-mami-mami-mamiiih! Mamih di siniii! Foto lagi laah. Baru dikit ini foto mamiih. Entar milihnya pusing, lhoo!" Ucap Sharon begitu panjang lebar.
"Iya, lhoo. Humm! Entar bingung pas mau dicetak." Celine ikut menimpali.
"Astaghfirullaah. Ini coba hitung! Mana lihat dulu mamih. Ini, nih,.. udah ada seratus dua puluh tujuh foto di hape. Mau sampai berapaa? Hmm?" Timpal Sara merebut lembut ponsel dari tangan kakak ipar pertama Melati, lalu mendekatkan layar ponsel pada kedua anaknya.
"Iiissh! Pokoknya masih kuuraang!" Rengek Sharon menghentak kaki seperti bocah.
Kelima wanita konglomerat yang tak lain adalah ibu dan dua anaknya berdebat cukup alot. Sara sungguh sudah lelah harus banyak tersenyum, berjalan ke sana ke mari mencari spot yang bagus, lalu bergaya, membenarkan baju, merapikan rambut dan sebagainya.
Melati dan Yuza melangkah keluar dari lift dengan ruang makan eksklusif yang langsung menjadi suguhan. Keduanya tertawa dengan topik random yang mereka bahas.
"Enggak gitu tahuu. Haha. Tuyul tuu dulu katanya hantu lucuu. Gitu kata temen smp akuu. Hahaha!" Ucap Melati mencengkeram posesif lengan atas suaminya yang kekar seiring melangkah.
"Haha! Baru denger ada hantu lucu!" Ucap Yuza tertawa besar, tampak sangat bahagia. Tangan besarnya melingkat posesif di pinggang istrinya walau sesekali mereka berjauhan.
"Ya Allah! Haha! Emang gitu dia bilangnyaa. Hahahaha. Ya udah aku nonton tuh. Eh, ternyata zonk! Ahaha! Sereeem! Hahahaha!"
Yuza tertawa tanpa suara. Ia menggeleng dengan mata terpejam. Kini tangannya beralih menggenggam tangan mungil istrinya. Keduanya ingin tertawa besar, namun kini ada banyak orang yang sedang makan dengan cukup tenang.
Melati mengulum senyum kala suaminya kembali serius dalam sekejap. Ia biarkan tangannya ditarik oleh pria tampan bak pangeran itu.
"Mam–mamiih? Kak Cel–? Papih?" Ucap Melati tergagu mendapati keluarganya ada di sini.
"Hai! Ada aku juga! Haha!" Ucap Sharon membuat Melati terkejut.
Melati sontak melotot cerah. Segera ia peluk sang ibu mertua dan dua iparnya bergantian. Semua menyambutnya ramah.
Yuza duduk dengan tegap di kursi dengan meja makan persegi panjang di depannya. Ia menatap seluruh orang yang sibuk menikmati santapan, sesekali ada yang sibuk memotret makanan dan pemandangan.
Melati mencuri pandang pada sang suami. Tak tunggu lama matanya bertemu dengan mata sang suami. Ada sesuatu yang ia tanyakan pada suaminya lewat tatapan, dan suaminya paham. Selain itu, Melati juga berterimakasih suaminya telah memberi kejutan.
'Tleng-tleng-tleng!'
Yuza berdiri mengangkat gelas yang mengeluarkan dentingan akibat dari sendok. Ia tersenyum sesaat kala istrinya di sana menatap kebingungan.
Melati duduk salah tingkah, ia kurang nyaman. Ia tatap satu persatu semua ornsg yang duduk melingkar memusat pada meja makan yang sama. Perlahan ia menunduk, tangannya menelusup di balik baju, mengusap perut datarnya dengan lembut. Perutnya datar, namun tak sedatar dulu.
Melati menahan cebikan dengan melibat bibir dan mengangkat pipi. Sedih sekali kehamilannya belum diketahui orang. Siapa lagi yang melarangnya kalau bukan Yuza? Dan kali ini Melati benar-benar ingin patuh, tak ingin membuat suaminya marah atas sikapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...