Di dalam kamar berdesain antik ini wanita muda cantik jelita itu bercermin di cermin besar dengan penuh rasa bahagia. Bibirnya melengkung lebar, tubuhnya bergaya seperti model yang sedang pemotretan.
"Lucunyaa, akuu. Hihi. Gemoooy! Gemoy buaangeet!!" Ucap Melati mencubit pipinya sendiri.
"Aku si Melati gemooy! Hihi."
"Eits, bentar! Minum obat duluu. Entar pak suami marah lhoo! Huuu! Sereem!" Ucap Melati meraih kota berisi banyak obat-obatan dan vitamin.

'Glek glek glek.'
"Ssst! Aaah,.."
"Obat teruus, obat teruus. Vitamin again, vitamin agaiin. Ck ck ck! Udah lima tahun, lho! Makanya, Melatiii, punya perut tuh yang sehaat! Jangan manja-manjaa!" Ucap Melati menunduk menepuk perut bawah berulang kali.
"Tapi bagus, siih. Emang mas Yuza suami paling perhatian! Ga ada tuh acara sakit-sakit perut pas haid! Cuoocok!! Hehe." Melati tersenyum mengangkat ibu jari pada cermin.
Bercermin cukup lama, Melati memutuskan tuk keluar kamar mencari dimana suaminya berada. Suaminya harus tahu kalau dirinya sudah cantik.
"Hehe. Hihi." Melati memasukan kepala di celah pintu. Ia berbahagia mengintip suaminya di dalam ruang kerja.
Yuza duduk menyandar di sofa panjang. Kedua kakinya naik ke atas meja, tangannya menggenggam banyak lembaran kertas. Ia membaca banyak kertas itu, lalu ia simpan semua di atas meja. Ia menghembuskan napas, ia raih satu amplop putih yang ada di sisi sofa.
"Hmmm. Gemoooy. Si paling ganteng lagi jadi si paling sibuuk," ucap Melati memuji suaminya dengan semburat merah di pipi.
Melati mengulum senyum, kakinya melangkah maju berlenggak-lenggok lambat. Ia terlihat manis, manja, sedikit centin, dan sangat menggemaskan. Suaminya di sana tak tahu ia hadir.
Yuza memusatkan pandangan. Melati sontak mengadukan gigi, matanya memicing malu.
"Eh? Kepergok, ya, aku? Hehe." Melati melotot menutup bibir dengan kedua tangan. Tatapan dingin suaminya akan membuat orang takut, tapi tidak untuk dirinya.
"Aku mau bicara," ucap Yuza datar.
"Sebentar! Uumm,... aku cantik, ga? Hehehe. Bagus, kan, style akuu?" Potong Melati berkacak pinggang.
"Biasa."
"Cantik kayak biasanya," lanjut Yuza membuat mata istrinya melebar terkejut juga bahagia.
"Sini," titahnya menepuk sesaat pada sofa.
Melati mendekat semangat dengan langkah penguin. Segera ia duduk di samping kiri suaminya. Mereka setengah menghadap satu sama lain.
Bibir ranum itu mengkung manis. Mata mereka saling memandang penuh rindu. Melati biarkan rambutnya dimainkan, kardigannya dirapikan. Suaminya sedang tak ingin banyak bercanda.
"Aku ma–."
"Ak–." Melati tak sengaja memotong ucapan.
"Eh, enggak. Mas Yuza duluan aja. Hehe." Melati menggeleng malu-malu, suaminya hanya datar saja.
"Ada yang perlu aku kasih tahu ke kamu, Melati. Aku harap kamu ga pikir ini bohong, karena aku sendiri pun sulit percaya. Tapi sayangnya ini fakta," ungkap Yuza meraih dua tangan istrinya, mengecup di hampir seluruh permukaan itu.
"Faktaa?" Gumam Melati mendongak.
Melati bertanya begitu serius lewat pancaran mata. Hal apakah yang akan dibahas? Suaminya begitu serius, wajah tampan itu benar-benar sedang tak mau bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...