6. Menangis dua kali.💔💔

8K 865 128
                                    

"Ya ampun dah, tuan muda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya ampun dah, tuan muda. Ck! Kagak usah dibawah ke klinik kate aye juga. Saya mau kerja." Sarip menggeleng menyerah dengan frustasi. Ada selang yang dimasukan ke hidung untuk dirinya bisa mudah menghirup oksigen.

"Bapak ga boleh gitu. Melati ga mau bapak kenapa-napaa," rengek Melati memeluk Sarip dengan manja. Ayahnya ini bahkan menolak menyandar pada ranjang pasien.

"Minimal pulih dulu, ga ngos-ngosan."

"Tuh, kan! Kata tuan Yuza aja betul. Bapak napasnya masih ga jelas gitu." Melati mulai cemberut mengancam dengan wajah polosnya ini.

Yuza seketika menelan ludah kala melihat wajah Melati yang begitu menggemaskan itu. Yuza ingin sekali mencubit, kalau bisa Yuza akan gigit. Melati menggemaskan sekali. Melati juga sosok yang manis, tidak malu memperlihatkan kasih sayang.

"Makasih ya, tuan Yuza. Tuan Yuza baik banget udah mau bantu bapak sama Melati." Melati beralih menatap Yuza dengan senyuman manis ceria yang terbit sempurna. Kepalanya menyandar lembut pada sisi bahu Sarip.

"Ya, Melati, sama-sama." Yuza mengangguk lemas tanpa minat. Kakinya perlahan mundur duduk di kursi yang tersedia.

"Bapak? Bapak udah bilang makasih, belum, sama tuan Yuza? Katanya harus berterimakasih kalau dibantu. Betul?" Ucap Melati lagi-lagi cemberut dengan manis, jauh dari kata berlebihan.

Yuza yang duduk di kejauhan seketika menggigit bibir bawahnya. Mata Yuza mengedip-ngedip tak habis pikir. Melati seperti kopi langka yang diracik dengan takaran sempurna. Bahkan bagi Yuza terlalu manis.

"Eh iye, anak bapak pinter. Hehe. Bapak lupa. Tuan Yuza, makasih ye, udah tanggung jawab. Aye juga udah teledor bawa motornya." Sarip meringis malu-malu dengan sisi tangan yang Sarip usap dengan tak percaya diri.

"Biase nih, ngomongin Melati, nikah. Hehe."

"Nikah?" Gumam Yuza membeku sekujur tubuh. Tubuhnya yang menyandar asal, kini kian bangkit seperti besi ditarik magnet berkekuatan tinggi. Mata Yuza melebar penuh dibuatnya.

"Iye, nikah. Hehe. Biasa, obrolan bapak sama anak. Ya gitu,.. kemana-mana ngebahasnya," timpal Sarip tanpa sedikitpun curiga akan respon Yuza yang mencurigakan itu.

"Sama siapa? Orang mana? Namanya?" Desak Yuza mulai duduk semakin tegap.

"Aah? Nama?" Gumam Melati melongo mengedip-ngedip tak paham. Bibir Melati maju membentuk huruf O.

"Tuan Yuza, maksud bapak Sarip itu, bukan kayak gitu. Kata bapak, ini rencana, buat masa depan Melati. Meskipun Melati masih kecil, Melati harus paham dari sekarang." Melati menjelaskan dengan sabar juga penuh kelembutan, seperti seorang kakak yang memberitahu adik manjanya.

"Mam-maksud?" Gumam Yuza ambigu. Wajahnya tak bisa lagi ia kontrol. Keningnya menyernyit seiring mendesak tak sabaran. Apa maksud semua ini?

"Udah, tuan, emang sulit dijelasin. Tuan Yuza ga perlu tahu juga ga papa. Ini mah bukan urusan penting. Hehe."

Melati's love story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang