20. Malu.

3.6K 470 73
                                    


Yuza berdiri tegap menahan pintu kamar agar tidak menutup menggunakan kakinya yang memakai sepatu berjenis moccasin shoes. Ditatapnya gadis cantik itu dalam diam. Melati duduk disisi ranjang dalam keadaan tubuh berbalut kimono dan rambut basah yang digerai. Dihadapan Melati ada Adit yang siap mengangkat mangkok berisi bubur dalam genggamannya.

"Kak Mel pasti lapar. Ayo makan dulu. Sopnya masih panas ni! Whoa! Pasti kak Mel suka." Adit mulai merayu. Sesekali dirinya mengaduk sop dengan gaya menggoda.

"Aaa. Buka mulutnya, ayo."

Melati menggeleng semu. Matanya merah dan bengkak. Tak sedikitpun Melati mengalihkan tatapannya sejak tadi. Melati benar-benar merenung.

"Tadi bibi-bibinya pada nanya, mau makan apa. Adit jawab sop, deh. Katanya favorit!" Ujar Adit tak mengenal lelah.

Lagi-lagi Adit hanya mendapatkan gelengan lemah. Adit sangat kuatir sekali dengan kondisi Melati. Adit melihat langsung kejadian dimana kakaknya benar-benar diusir, tak diharapkan lagi keadaannya oleh sang ibu. Kata-kata dan perlakuan ibunya tadi amatlah kasar.

Yuza melipat kedua tangan, kepalanya mulai miring ke arah kiri seiring menyaksikan tingkah dingin Melati di dalam sana. Yuza benar-benar cemas melihat itu semua.

"Makan, Melati. Ada Adit, pak Sarip, mamih saya, dan yang lainnya yang sayang sama kamu." Yuza melangkah mendekat. Tubuhnya berbalut jas juga celana panjang yang rapih. Kebetulan sekali Yuza harus menghadiri undangan.

"Kalo kamu nyakitin diri kamu, Siti sama Cinta justru tepuk tangan. Sedangkan sisanya, berpuluh-puluh orang, mereka nangisin kamu."

"So, jangan nyakitin diri sendiri. Ayo makan!" Ujar Yuza menyemangati. Tanpa diduga, Melati memutar kepalanya ke arah Yuza. Namun sayang sekali, kepalanya terus menunduk hingga hanya sepatu Yuza saja yang bisa ia lihat.

"Saya tahu, Melati. Saya tahu kondisi keluarga kalian."

Lama gadis cantik itu termenung, kini kepalanya mengangkat lemah perlahan-lahan. Mata Melati berakhir bertatap mata bersama mata tajam itu.

"Kalo kamu nyakitin diri kamu sendiri, itu artinya kamu ga sayang sama orang-orang yang sayang sama kamu, yang siap jaga kamu." Yuza tak sedikitpun mengakihkan tatapannya.

Melati mencebik sedih. Matanya berkaca-kaca tak setuju atas ucapan Yuza. Lalu Melati pun mendelik dengan kepalanya memutar ke lain arah.

Yuza tersenyum kecut, satu alisnya naik memaklum. Melati ternyata bisa keras kepala juga. Yuza yang merasa dirinya harus segera menghadiri acara pun akhirnya memutuskan tuk pamit. Tak lupa Yuza menitipkan Melati pada para pelayan, juga mengamanati Adit agar setia menemani Melati di rumahnya ini.

"Huft! Saya pamit, Adit. Kalo mau tidur di kamar lain, silahkan! Mau nemenin Melati disini juga silahkan."

"Melati. Melati!" Tegur Yuza sedikit meninggikan suaranya yang berusaha lembut.

"Saya pergi dulu. Jangan lupa makan. Jangan lupa tidur juga."

Yuda menggeleng menyerah kala usahanya menunggi jawaban Melati bermenit-menit tak membuahkan hasil. Yuza yang sudah dikejar waktu pun tak bisa berbuat lebih, akhirnya hanya bisa meninggalkan Melati.

[MELATI'S LOVE STORY]

Malam hari.
Di kantor Yuza.

Yuza duduk memangku dagu diatas kepalan kedua tangannya yang menyikut diatas meja besar nan gagah penuh ketegasan, serupa seperti pemiliknya.

"Ck! Come on, Yuza. Gue juga jomblo, gue sendirian, kok, ke pesta annive kembaran lo." Laki-laki berwajah setengah Arab itu duduk dengan santai, bajunya sama-sama sudah tak rapih, seperti Yuza. Ini sudah begitu larut.

Melati's love story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang