Yuza tak bisa mengalihkan pandangan dari sosok wanita yang menggandeng pria lansia di sana. Wanita itu tampil cantik dengan gaun pemberiannya.
Melati tersenyum menggandeng Sarip mendekat menuju meja makan di mana suaminya sudah menunggu. Perlahan suaminya yang tampan dan gagah itu berdri dan menyambut mereka. Melati mendengus bahagia menyaksikan Sarip dan Yuza berpelukan, lalu segera ia peluk suaminya sebagai apresiasi.
"Gimana, pak, bengkelnya?" tanya Yuza selesai menarik kursi untuk istrinya.
"Pusiing yang ada. Abisan bengkel gede, mewah."
"Enggak, iih. Masih biasa itu mah. Masih mobil dibawah lima ratus jutaan," timpa Melati menggerutu. Bapaknya terlalu berlebihan. Bengkel Sarip memang bagus, namun masih menengah ke bawah, dan itu sengaja. Suaminya mengukur kemampuan sang ayah, dan buktinya ayahnya sudah cukup keteteran.
"Nih, yee, Yuzaa. Bapak mah mau bengkel biasaa, yang kumuh-kumuh ituu, yang mobil motor murah bisa dateeng."
"Lumayan buat tantangan, pak." Yuza mengangkat dua sudut bibir, ia memaklum ayah mertuanya.
"Iyee. Tanggung jawabnya gedee!" Jawab Sarip dengan gaya heboh nya.
"Tapi, kan, ada Adit, kaan? Kata Adit sekarang banyak diusurus sama Adit, kok. Hayo lhoo!"
"Ya emang, Mel. Bapak serahin aja sama si Adit. Bapak mah biar markirin doang."
"Hahaha,.."
Tiga orang di sana tertawa bersama. Yuza tertawa singkat, lalu hanya bisa memandangi wajah cantik istrinya yang tak berhenti tertawa, bersenda gurau. Ia raih tangan mungil itu, ia usap, ia beri kecupan di sekeliling.
Melati menjadi ratu di sekeliling tiga pria yang ia sayangi ini. Kini ada Adit yang telah tiba. Bibir Melati melengkung lebar, matanya melebar cerah menyaksikan banyak makanan barat yang tersaji di meja. Melati tak sadar tiga pria di sekelilingnya sangat memperhatikan ia.
"Aku ke toilet dulu. Adit, pak, permisi," ucap Yuza segera semuanya iyakan.
"Dit! Sssut! Kok, telat?" tegur Melati pada adiknya yang sibuk mengetik.
"Cecile."
"Apa? Gimana?" Desak Melati memajukan tubuh.
"Ssstt! Ga tahu, ga tahu! Cecile ngintil teruus!" gerutu Adit mengibas tangan.
Sarip tampaknya sangat biasa saja, beda dengan Melati yang meringis mencemaskan. Cecile sekarang sudah remaja, sudah lima belas tahun, sudah puber. Cecile sejak dulu sangat nyaman dengan Adit yang selalu baik, hingga akhirnya kini Adit menjadi target Cecile.
Melati meringis tipis seiring mendengar gerutuan adiknya. Adit bilang kalau gadis remaja itu selalu merepotkan, selalu menghalalkan segala cara tuk berdekatan. Semua Cecile capai dengan muda karena adanya hubungan persahabatan Adit dan Jeremy, yang mana Jeremy adalah kakak Cecile.
"Namanya juga bocah, Dit. Dia tu nyaman."
"Tapi risih, kak Meel, paak! Adit ga mau dipeluk-peluk, digandeng-gandeng, terus dia selalu bilang ke semua orang kalo kita pacaraan. Bete, tahuuu!" Tukas Adit melotot menggebrak kesal pada meja.
"Hmpt!"
"Ga usah ketawa! Aku puluhan kali gagal jadian gara-gara dia, putus sama pacar juga gara-gara dia."
"Ah, doain, ah, biar kalian jodoh. Wleee! Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,.. aku meminta kepadam-." Melati melotot jahil dengan bibir melipat ke dalam. Di depannya Adit memasang wajah galak, siap meledakkan kemarahan.
"Kak Meeel!" Geram Adit menurunkan dagu, menatap tajam memperingati.
Di dalam ruang toilet Yuza tak berniat memasuki bilik kamar mandi. Ponselnya ada di sisi telinga, ia berdiri di depan wastafel dengan mata menatap waspada pada pintu masuk toilet. Yuza tampak begitu serius, panggilan yang ia dengarkan tampak sebuah bahasan penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...