"Melati, pulangnya bareng tante mamih, ya. Yuza, mamih mau langsung pulang aja." Sara tersenyum lembut menatap Melati, lalu beralih menatap anaknya tuk memberi tahu. Sulit untuk dirinya senyum manis sekarang. Sara gemas dengan tingkah anaknya.
Pria tinggi gagah dengan tindik di daun telinga yang menjadi cirikhas kecilnya itu berdiri menyandar pada pilar mewah. Matanya memicing tajam. Sara dan Melati duduk berdampingan di kursi bekas dirinya mendekap Melati tadi.
"Boleh, nyonya. Kalo enggak ngerepotin. Hehe. Makasih." Melati mengangguk dan tersenyum sopan. Sara menggenggam tangannya sejak tadi, membuat ia nyaman namun juga merasa sangat tersanjung.
"Eh? Kok, nyonya? Hmm! Kenapa gitu? Sejak kapan manggilnya nyonya? Hmm?" Ucap Sara mencebik kecewa.
"What! Enggak! Melati bareng Yuza!" Tolak Yuza dengan sigap melipat tangannya di depan dada. Kepalanya menggeleng tanpa bisa ditolak.
"No! I said no, Yuza." Sara menatap tegas dengan kedua sudut bibir naik memperingati.
"Lagian searah juga. Ya? Ya, Melati, ya? Jangan malu-malu. Hehe." Sara tersenyum manis menyelipkan rambut hitam Melati yang sekarang tergerai bebas.
Melati yang tahu diri hanya bisa meringis mengangguk sopan sebisa mungkin. Ini pertamakalinya Melati melihat Sara cukup galak pada Yuza, seperti Yuza melakukan kesalahan.
"Mamih! How can you,..! Ergh! Ck!" Decak Yuza dibuat frustasi. Ibunya kejam sekali, membuat Yuza merasa ingin gantung diri saja.
"Tap-tapi,.. tapi ini udah malam, tan--te mamih." Melati tergagu menelan ludahnya dengan susah payah kala menatap Sara. Melati harus segera pulang. Lebih baik Melati pulang sendiri saja jika Sara sibuk.
"Iya, kita pulang sekarang. Yuk! Ga papa, tante mamih kesini cuman mampir, kok." Sara tersenyum menarik dan menggenggam erat tangan Melati yang sama-sama mungil ini. Sebagai orang yang memiliki kepribadian cukup mirip, Sara harus lebih lihai menyesuaikan. Sara juga dulu sangat-sangat canggung pada keluarga ayah dari anaknya. Dulu Sara bekerja sebagai babysitter dari anak kandung suaminya, yaitu kakak Yuza.
"Mam-,.. Melat-,.." Yuza tergagu dengan suara yang seolah lenyap entah kemana. Yuza padahal berniat mengajak Melati pulang nanti, setidaknya bisa makan malam bersama, atau mungkin Melati menginap disini.
"Yuk! Yuza, kalo mau, anterin kita aja. Mau? Hmm?" Ajak Sara berdiri dengan bolero ratusan juta yang pelayan bantu pasangkan dengan hati-hati.
"Boleh, kan, Melati?" Ucap Sara tersenyum pada Melati yang sedari tadi menunduk tak nyaman.
"Ah? B-boleh, tante mamih. I-iyah, ga papa." Melati menggeleng dengan isi kepala yang kebingungan. Melati rasa, dirinya tidak perlu dimintai keputusan oleh majikannya sendiri. Entah, Melati merasa dirinya pelayan, karena ayahnya disanapun sebagai tukang disuruh-suruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...