Pagi ini sekolah Cinta dan Adit kompak sama-sama libur. Melati yang sekolah sendirian. Melati tetap menyapu, mengepel, mengelap kaca dan mencuci piring. Cinta yang libur bebas tak sedikitpun berminat membantu. Sedangkan Siti hanya memasak dan mencuci baju lewat mesin cuci. Bukan kah pekerjaan Melati banyak? Belum lagi dirinya perlu siap-siap memakai baju dengan rapih.
"Bu, Melati boleh pinjem botol minum kak Cinta yang ga dipake? Botol bekas air mineral Melati udah rusak." Melati berjalan mencicit layak anak ayam kedinginan. Kepalanya menunduk tak berani menatap Siti yang sibuk memasukan bekal Sarip pada ransel hitam besar.
"Kagak! Banyak gaya lu!" Tolak Siti berapi-api. Tangannya dengan tak ikhlas membenarkan retsleting.
"Tapi, kan, bu,.. kak Cinta botol minum lucu-lucunya banyak, ada dua puluh." Melati mulai mencicit parau.
"Ibu dulu belinya yang buat Melati cuman satu pas di pasar. Itu udah rusak," tambahnya ingin sang ibu mengasihani.
"Kagak! Ga bisa! Gua ga ikhlas!" Desis Cinta tepat disisi telinga Melati.
"Yee! Siape suruh rusak?! Haa?!" Timpal Siti berkacak pinggang dengan mata melotot mendesak begitu galak layak kepala sekolah yang angkuh.
"Biasa tu, bu. Dia suka dilempar-lempar. Huu! Anak haram!" Sorak Cinta begitu puas merendahkan Melati yang bahkan tidak paham artinya apa.
"Ka Cinta mitnah!" Timpal Melati mencicit tak terima.
Melati seketika cemberut dengan wajah cantik polosnya yang memerah marah. Matanya sedikit berani menatap sang kakak dengan tegas. Melati tidak suka Cinta memfitnahnya.
"Emang susah ya, kalo ngomong sama anak polos! Bye! Gue mau main ke mall. Haha. Bapak kasih gue duit banyak." Cinta dengan angkuh menerbitkan senyuman lebar, matanya mengedip-ngedip centil dengan angkuh merasa menang.
"Ciaah! Ga dikasih ya? Ih kaciaan. Hahaha."
Melati mengedip-ngedip dengan airmata mulai memenuhi pelupuknya. Melati pastinya cemburu. Terlebih uangnya katanya banyak. Padahal Melati bekalnya sangat sedikit.
"Dadah Melati cengeng. Haha. Jangan nangis yaa. Bapaknya sayang ke kak Cinta, bukan ke anak harrom kayak kamu. Wlee." Cinta melangkah mundur, berlenggak-lenggok dengan angkuh.
"Hiks. Hiks. Bapak pilih kasiih. Hiks." Melati menangis layak anak TK tak diberi eskrim, tapi pastinya ia serius, tidak sedang berakting.
"Berisik lu! Kalo mau botol minum, ambil tu bekas jajanan teh kemasan di tong sampah!"
"Cuci yang bersih! Jangan malu-maluin bu Siti!" Teriak Siti melotot galak seiring berjalan menuju dimana sapu dapurnya berada. Tak sedikitpun Siti peduli dengan derai tangis Melati. Yang ada, Siti jijik mendengarnya. Melihat wajah Melati setiap hari saja sudah membuatnya ingin meninggal saja.
"Hiks. Tapi, buu,.. itu kan sampah," lirih Melati memohon dengan sangat.
"Mau apa kagak? Itu pertanyaannya. Bentar lagi mau si Adit buang. Paham?" Tegas Siti menatap geram atas semua ucapan manja Melati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...