Lima hari setelah kejadian menegangkan masuknya Yuza ke rumah sakit akibat efek over dosis, Melati dengan setia menemani suaminya di rumah sakit. Sampai hari ini, hari terakhir Yuza di rumah sakit, bahkan Melati begitu rajin melayani segala kebutuhan suaminya.
Yuza duduk di sofa bawah jendela besar menyaksikan istrinya yang sibuk membereskan sisa barang yang dimasukan ke dalam koper.
"Huufth!"
"Mas,.. mau rehab di Amerika, atau–."
"Kontrol rutin aja." Yuza seperti mayat hidup. Wajahnya masih setengah pucat, tatapannya juga setengah kosong, tubuhnya bergeming.
Melati masih berjongkok. Ia menghembuskan napas besar. Ia mengedip kaku berulang kali menatap lurus ke depan. Perlahan ia mengangkat kedua sudut bibir setinggi mungkin.
Yuza membuang muka, ia menggaruk kecil sisi lehernya seiring menatap kosong pada sekeliling. Tanpa disangka istrinya di sana mendekat sangat hati-hati.
"Sini,.. sini tatap aku." Melati meraih dua tangan suaminya. Perlahan ia duduk mengisi pinggir suaminya yang kosong.
"Tahu, ga? Aku tuh seneeng banget punya suami posesif, cemburuan, selalu pedulii, ga mau akunya kenapa-napaa, selalu siap siaga jadi pehlawan nomor satu di hidup aku," ungkap Melati mengusap dua tangan besar itu.
Pria dengan wajah sangarnya yang layu itu terus bergeming. Tak sedikitpun dirinya tampak ingin menanggapi. Melati yang melihatnya hanya memaklum saja.
"Mas Yuza cemburu? Mas Yuza takut kalo kita sampe punya anak, terus perhatian aku pindah ke anak kita, terus aku jadi cuekin mas Yuza, akunya ga jadi istri yang baik, terus kita jarang bareng-bareng kayak pasutri baru. Gituu?" Jelas Melati lalu bertanya dengan nada manis menuntut. Alisnya naik dengan ceria.
"Mas Yuza posesif akut, yaa, ternyataa." Melati membuang muka, bahunya mengedik, matanya sengaja mendelik mencuri pandang.
"Siniii! Tatap, doong! Hmm!" Ucapnya berusaha menangkup wajah sang suami, namun suaminya menolak.
"Sini-sini-sinii! Dengerin akuu. Akuu, aku ga mungkin nyuekin mas Yuza dengan alasan aku ngurus bayi. Merawat anak itu kewajiban, menjadi istri yang baik pun kewajiban. Ga mungkin aku sampe jadi cuek, lupain mas Yuzaa, mengabaikan mas Yuzaa."
"Aku sayaang banget sama mas Yuza. Cintaa banget sama suami aku. Dari masa remaja, masa remaja menuju dewasa, sampe masa dewasa aku sekaraang, cuman mas Yuza laki-laki yang deket sama aku yang aku tanggapi." Melati menangkup wajah suaminya, lalu tangkupannya perlahan lepas seiring saling memandang.
"Mas Yuza itu cinta pertamanya akuu, dan akan menjadi cinta terakhirnya aku."
"Untuk mengabaikan mas Yuza, rasanya itu mustahil." Melati berkaca-kaca memandangi wajah tampan itu. Genggamannya di tangan sang suami semakin erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...