"Aku minta maaf, Melati. Aku nyesel, aku nyesel! Aku bener-bener nyesel. Gada sedikitpun maksud buat bikin kamu sakit hati," bisik Yuza memasukkan wajah di ceruk leher itu. Yuza harus membungkuk cukup banyak.
"Hiks. Hiks. Jahaat. Hiks. Hiks."
"Mas Yuza jahaat. Hiks. Mas Yuza jahatin Melati. Mas Yuza sakitin hati Melati. Hiks," tolak Melati tak kuasa membuka mata.
'Cuup.'
Yuza menutup mata. Ia kecupkan bibirnya di belakang kepala itu. Ia salurkan rasa cinta yang teramat besarnya sebisa mungkin. Betapa Yuza sangat mencintai wanita cantik bernama Melati ini.
Gadis bertubuh mungil itu terus berontak, hanya saja tenaganya terlalu kecil. Yuza benar-benar mengabaikan gelengan di kepalanya, serta isakan tak terima yang keluar dari bibir. Melati memasrahkan diri untuk sesaat.
"Lepassiin. Hiks."
"Oke, oke, iya."
"Justru kamu kayak gini, itu ngelihatin kalo kamu emang ga percaya sama aku. Kita itu udah mau nikah, Melati. Tinggal atur tanggal. Kenapa kamu seragu itu? Hmm?"
"Emang. Emang ga percaya." Melati menatap pongah di tengah rasa takutnya.
"Aku mau nanya. Gimana caranya aku bisa percaya setelah ada kejadian itu?"
"Bisa? Mas Yuza bisa jawab?" Desak Melati melangkah dengan kepala mendongak. Yuza membeku bagai patung, wajahnya berubah dingin.
"Pasti. Pasti ga bisa jawab," tukasnya menantang.
"Karena kamu wanita yang aku cinta, Melati. Karena fantasi kebahagiaan aku ada di kamu semua. Bahagia berumahtangga, memiliki anak, bahagia menghabiskan masa tua dan hari akhir, dan juga bahagia bercinta. Kamu, segala yang ada di kamu itu candu, Melati. Kamu itu sempurna buat aku, dan aku ga mau yang lain." Yuza memandang wajah itu, menatapnya dengan penuh rasa cinta.
"Kalo orang bilang ini gila, ini memang gila!"
"Kalo kamu bilang ucapan aku palsu, aku terima! Karena memang ini ga masuk akal. Aku, Yuza Pratama cinta sama kamu. Aku sayang sama kamu, Melati. Aku mau kita habiskan sisa hidup kita sama-sama, ga ada yang lain!" Ungkap Yuza menitikkan airmata. Ia simpan tangannya di dada, ia pandangin setian inci wajah cantik itu dengan penuh rindu.
"Buat apa aku main-main, Melati? Kalo aku mau bercinta sama perempuan, aku tinggal beli, aku bayar. Uang aku banyak. Ga usah aku repot-repot ngajak kamu pacaran, tunangan. Yang ada itu buang-buang waktu!" Lanjutnya semakin mendekat mengulurkan satu tangan.
"Yang cantik? Banyak! Yang tinggi, langsing, punya payudara besar, bokong besar, banyak! Tapi kamu, aku maunya sama kamu! Aku cintanya sama kamu! Aku cuman mau nikahin kamu!"
"Ga. Ga ada lagi yang bisa nandingin kamu di hati aku. Karena ini soal cinta, soal perasaan, perasaan yang bahkan aku ga tahu kapan hadirnya, sama sekali tidak aku rencanakan." Yuza menggeleng dengan decihan sinis di bibir.
Melati menahan kuat cebikannya. Airmata menjadi bukti betapa rapuh hatinya. Ungkapan itu benar-benar masuk ke relung hati.
"Mencintai kamu itu hal yang paling tidak masuk akal di hidup aku, Melati. Tapi sekaligus jadi hal yang paling indah yang pernah aku rasa, dan akan selalu kejar balasannya dari kamu," ucap Yuza berhenti sekitar satu meter di depan Melati, membuat Melati masih harus mendongak sedang.
"Aku minta maaf udah bikin kamu merasa direndahkan. Aku minta maaf kalo sikap aku bikin kamu sakit hati."
"Aku minta maaf, Melati," pintanya perlahan berlutut gagah penuh kerendahan hati di hadapan gadis kecintaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...