Siang hari.."Bajunya pas, ya? Bagus. Cantik!" Ujar Sara membuyarkan keheningan yang melanda sejak 30menit yang lalu.
"Iya, bagus. Bajunya nyaman, tante. Melati juga suka warnanya." Melati tersenyum menatap Sara yang duduk pada kursi penumpang yang ada didepan. Sedangkan Melati sendiri duduk sendirian di belakang, dengan Yuza yang mengendarai mobil.
"Hmm? Melati suka warnanya? Suka warna ungu? Sama, dong. Kalo tante mamih lebih ke yang simple, warna kalem gitu." Sara memutar sedikit tubuhnya dengan antusias. Senyum manisnya merekah sempurna.
"Hehe. Iya, suka ungu, pink, sama kuning."
"Kuning?" Gumam Yuza meringis jijik dengan satu sudut bibir yang mengangkat tanpa ragu.
"Ah? Emangnya kenapa kalo Melati suka kuning?" Ucap Sara meringis kebingungan.
Tanpa diduga, mata Melati dan Yuza saling menatap lewat kaca spion. Melati yang sadar itu pun dengan segera membuang muka. Melati kesal dengan sikap Yuza yang jahat padanya, memfitnah dirinya dengan tanpa peduli apapun.
Yuza yang mendapat sikap dingin dari Melati sontak terkesiap hingga bibirnya membuka. Melati marah? Melati lancang sekali, harus diberi pelajaran.
"Ah? Enggak, ga masalah. Itu urusan dia." Yuza mengedik menyembunyikan keterkejutannya. Matanya lalu mendelik memperingati pada spion yang menampilkan Melati yang sedang menatap padanya.
"Ya itu emang urusan Melati. Melati ga ganggu tuan Yuza juga!" Ujar Melati lagi-lagi membuang muka tanpa ragu.
Sara sontak membeku penuh. Matanya lalu memutar dari samping ke atas dan berakhir kesamping lainnya. Baru kali ini ada pelayan yang begitu berani. Bukan, bukan Sara membedakan kasta, justru dirinya gemas atas sikap Melati yang polos dan tidak menerima penjajahan dari orang lain.
"Melati, kamu!" Geram Yuza berbalik badan tiba-tiba. Lengan kekarnya mencengkeram kuat pada stir mobil, matanya melotot seolah akan memakan melati hidup-hidup.
"Melati, kan, bicara fakta. Tuan Yuza justru yang fitnah Melati. Melati ga ajak tuan Yuza ikut, kok!" Timpal Melati dengan runtut mengungkit keganjalan yang ada dalam perasaannya ini.
"Hei! Hei! Udah, udah, udah! Ssut! Yuza, kamu lihat jalan, hei!" Jerit Sara setelah memperingati dengan lembut. Tiba-tiba saja ada banyak mobil yang mengambil jalur lawan di kejauhan sana, membuat Sara ketakutan.
[MELATI'S LOVE STORY]
Siang hari...
"Dede, sinyiih! Hehe. Main sana kakak Melmel disinyih." Melati berjalan bebek dengan sengaja tuk mengejar anak-anak berusia 1 hingga 4 tahun yang sedari tadi mendekat padanya dikarenakan Melati sengaja memegang empat boneka menggemaskan di tangannya.
"Hehe. Kecinyih yuk. Hap! Yeay, kak Melmel menang. Adek kalaah. Hihi." Melati tertawa manis nan bahagia kala berhasil menangkap anak yang baru bisa berjalan sedikit dan kembali merangkak. Melati bahagia sekali bisa bertemu dengan banyak anak kecil.
"Emm,.. tuan Yuza." Melati menangadah menatap ragu-ragu nan segan. Yuza sedari tadi hanya berdiri menyandar pada pilar yang hanya satu meter di depannya.
"Pwuh! Pwuh! Cicicic! Phum phum phum!" Ucap bayi yang tak bisa lolos ini. Tangannya sibuk bergerak menepuk-nepuk wajah Melati.
"Emm,.. boleh cium? Boleh, kan? Melati mau. Umm?" Ucap Melati menengadah menatap memohon dengan segan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...