Suasana hutan sejak pagi dan siang hari terlihat tak ada bedanya, bedanya hanya pada suhu saja. Pagi hari biasanya mereka pasti kedinginan.
Adit berjalan mencari banyak ranting, sedangkan Devi sibuk memilah dedaunan diantara rumput yang panjang. Mereka harus makan, persediaan makanan di helikopter sudah sangat surut, itu pun sudah terbantu dua hari mereka makan dengan ikan tangkapan, tanpa rempah.
"Udah mau 4 hari kita disini. Tante Devi bingung, Dit. Kasian kakak kamu. Tante ama tuan Yuza sih udah biasa naik turun gunung, survive di tempat-tempat ekstrim juga ga aneh lagi." Devi mencabut dedaunan itu dengan lemah, Devi kasihan pada Melati yang ketakutan, banyak bermimpi macam-macam.
"Tapi kak Mel kuat, kok. Emang suka menye-menye kelihatannya."
"Iya, tahu. Tetep aja kasihan."
Keduanya lanjut mengobrol bersama, Adit tampaknya belum bosan mengeluh. Devi yang menjadi pendengar hanya memaklum saja.
Setelah berlama-lama mengobrol, kini mereka berjalan dengan kedua tangan dipenuhi bahan makanan. Keduanya sama-sama tak bisa menyembunyikan rasa bahagia, sesekali Adit menggeleng terkesima melihat ini semua.
"Adit, gawat!"
"Gawat apa?"
Devi berputar 360° menelisik sekeliling alam hutan yang luas ini. Pohonnya tidak sepadat biasanya, tidak besar-besar, namun sangat tinggi menjulang.
"Kita kesasar!" Pekik Devi begitu kencang, bersamaan sayuran yang berjatuhan bebas dari wadah.
"Kita kesasar? Maksudnya? Kesasar gimana, tante?" Timpal Adit sontak membelalak.
"Iya, kita kesasar dari tempat kita sama kak Mel! Tante ga tahu ini dimana!" Pekik Devi berubah tak tenang dalam seketika. Kedua tangannya mengguncang kuat pada lengan Adit. Adit malah membeku bagaikan patung.
"Toolooong! Melatii! Tuan Yuzaaa!"
"Kak Meell!"
"Tuaaan!" Teriak Devi sekencang mungkin. Tubuhnya terus berputar, dirinya harus segera menemukan jalan keluar. Tak bagus jikalau mereka berempat tersasar tidak bersama-sama, akan sulit untuk saling menyelesaikan masalah.
"Aku harus cari kak Mel! Tante Devi, ayo!"
"Adit, jangaan! Jangan!" Cegah Devi mencekal menarik sekuat tenaga pada lengan Adit. Adit sudah mulai berlari tadi.
"Jangan buru-buru. Justru bisa lebih bahaya. Kita ga tahu siapa yang lebih deket ke pemukiman, kita atau Melati sama tuan Yuza."
Adit menggeleng resah tak terima, matanya terus membelalak, matanya mulai berkaca-kaca.
"Kak Meeel!" Teriak Adit berlarian kencang entah menuju kemana. Yang pasti dirinya akan mencari sang kakak, Adit harus kembali bersama kakaknya.
"Adiiit!"
[MELATI'S LOVE STORY]
Sore hari
"Eiy! Tuan kalah. Hahaha." Melati tertawa puas kala mendapati Yuza yang sering kalah dalam bermain catur.
"Padahal tuan yang ajarin Melati. Tapi tuan kalah terus. Ck ck ck!" Lanjut Melati menggeleng dengan mata menyipit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...