4. Melati // Yuza

8.9K 854 138
                                    

"Melati! Woy!" Teriak Sarip dengan ekspresi buru burunya pada sang anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Melati! Woy!" Teriak Sarip dengan ekspresi buru burunya pada sang anak.

Melati tak seidkitpun menggubris. Otaknya sedang dipenuhi ketakutan akan Yuza yang bisa saja melaporkan semuanya pada majikan ayahnya. Bagaimana jika ayahnya dipecat hanya karena dirinya?

"Sst! Kok, jadi kerasa sakitnya?" Rengek Melati dengan lesu memijat bagian sisi telapak tangannya yang sakit. Sepertinya tadi terhempas pada batu.

"Melati!"

"Tu-tuan Yuza?" Gumam Melati seketika beringsut mundur sebisa mungkin. Matanya melotot penuh kala tak percaya atas kedatangan Yuza.

"Kamu! Huh huh huh. Kamu ninggalin saya, Melati!" Desis Yuza melotot mengancam pada Melati yang menengadah padanya.

"Badan saya sakit, Melati!"

"Kamu harusnya berterimakasih, tanggung jawab, bukannya malah ninggalin." Yuza berucap geram layak sedang berbicara dengan orang dewasa. Jelas Melati sangat polos adanya, pembicaraan mereka tak akan nyambung.

"M-mem-melati ga sengaja, tuan. Melati takut ada anjing."

"Alah! Alesan!"

"M-maaf." Melati perlahan merapatkan bibirnya, kepalanya turut menunduk pasrah, matanya mulai mendung ketakutan.

"Melati! Ah? Tut-tuan Yuza. Selamat sore, tuan."

"Bapak? A-em,.. amm." Melati tergagu menatap Sarip dan Yuza bergantian. Melati takut Yuza melakukan hal tak terduga.

"Pak Sarip, pak Sarip harus tahu kalo Melati udah-."

"Udah? Udah apa, tuan muda? Gimana?"

Melati sibuk melotot semakin tak bisa tenang. Melati menyesal sudah meninggalkan Yuza begitu saja. Melati terlanjur malu.

"Ga jadi! Saya duluan!"

"Haa? Ade apesih? Ck ck ck!"

Mereka berdua berada di halaman belakang yang sangat sangat luas dan seolah tak berujung. Ada taman juga. Tamannya seperti taman surga buatan, dengan sungai buatan, air mancur, dan tanaman tanaman asti super langka lainnya.

Melati segera membuang muka kala Yuza menatap tajam padanya dari kejauhan sana. Rasanya Melati ingin menangis sekarang, takut Sarip marah padanya.

"Pulang ho'oh? Bapak anterin. Buruan! Kasih kadonya udah belom?" Rusuh Sarip dengan suara besarnya yang serak.

"Belum, pak. Tante maminya tadi digulung sama tamu." Melati menggeleng dengan kepalanya yang menengadah. Tangannya mencengkeram erat pada saku celana lusuh miliknya.

"Aduh. Makanya dong bapak ngomong buru buru tuh harus buru buru." Sarip berkacak pinggang dengan matanya yang mengerling. Itu sudah biasa.

"Iya, bapak. Maaf. Sekarang Melati kasih aja sama tante mami."

Melati's love story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang