Di lantai yang begitu jauh dari dasar gedung, di ruang kerja yang begitu luas dan mewah, wanita muda dalam balutan sweter sepasang dengan celana itu duduk di atas paha sosok pria tinggi besar di atas kursi kerja gagah. Wanita muda itu bersemu merah mendapati tangan besar suaminya mendarat di atas paha seolah ingin mencengkeramnya kuat, lima jari bercincin itu begitu posesif mendarat.
Yuza fokus meneliti grafik di layar tabletnya yang besar. Di tangannya ada pensil digital yang ia coretkan pada gambar grafik, ia beri tanda, ia beri angka di sana.
"Ehe. Ehehehe." Melati tak tahan untuk tak menggeliat. Pipinya memerah kala ibu jari itu mengusap begitu posesif di sana.
"Ssut!"
"Aaah!" Rengek Melati bercampur desah dan tawa. Pahanya malah semakin dicengkeram oleh tangan besar dengan urat yang tampak kentara.
"Diem!" Tegur Yuza menampar posesif pada paha itu.
"Ampuuun! Geliii!" Lirih Melati mendongak pasrah, lalu menyandarkan sisi kepala pada dada sisi itu.
"Aaaaah!"
"Mas Yuzaaa! Geliii! Ga kuaat! Ga usah diusap-usaap. Diem ajaa," Rengek manja Melati cemberut pasrah.
Pria itu sama sekali tak menggubris. Malah dirinya sengaja menghentak kaki hingga tubuh istrinya ikut terhentak. Ia dekap pinggang itu, ia usap dengan begitu lembut, lalu kembali tangan besarnya mendarat di paha sang istri.
"Kebiasaan banget ieww! Hiks. Geliii. Toloong," lirih Melati menggeleng frustasi menghadapi ini semua. Tangan suaminya tak bergerak, melainkan jari dan ibu jari itu memberi pijatan.
"Dieem!!"
"Aaakh!" Pekik Melati melotot mendapati rahangnya dicengkeram, diarahkan pada wajah itu, lalu bibirnya dicium dengan begitu beringas. Jari bercincin itu menahan rahangnya dengan tegas, seolah curiga dirinya akan menghindar.
Pria gagah itu mencium bibir istrinya dengan menggila. Sesekaki terdengar suara tarikan napas darinya sendiri tanpa mau ciuman berhenti sedetikpun.
Mendapat perlakuan beringas dari suaminya, Melati hanya bisa membiarkan saja. Sesekali dirinya refleks menjauh untuk meraup napas. Dirinya mulai mencengkeram posesif sisi kepala itu, kesepuluh jari mungilnya meremas rambut sang suami.
"Mau ke kamar? Hehe."
"Ssst! Aku ada kerjaan." Yuza meringis lesu, ia mendongak seiring istrinya mengusap rahang.
"Ya udah, lanjutin kerjanya. Aku duduk di kursi, ga di sini lagi. Biar mas Yuza fokus," jawab Melati tersenyum begitu lembut.
Melati mencebik gemas kala suaminya mendekap erat, suaminya tampak berat mengakhiri kebersamaan mereka. Yuza terpejam meresapi dekapan mereka, ia tampak lesu seiring menelusupkan wajah di ceruk leher istrinya.
Melati berdiri membungkuk memberi ciuman perpisahan dengan manis. Sayang sekali pinggangnya dicengkeram posesif, lalu kepalanya ditahan, suaminya memberi ciuman panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...