Melati masih di kediaman mertuanya, bahkan sampai pukul sepuluh pagi. Dirinya justru asik menyiram tanaman. Tidak ada Sara dan Yuda. Hanya ada pelayan di sini. Ibu mertuanya harus memeriksa cafe.
Rintik air menjatuhi tanaman dan bunga dengan teratur seolah bernada. Seorang wanita cantik berdiri mengayunkan selang di tangan. Selang khusus menyiram di lahan luas. Melati berjalan lamban ke kanan ke kiri di hadapan jajaran tanaman yang memanjang mengikuti sisi jalan setapak.
Isi kepala Melati dipenuhi oleh hari dimana ada wanita yang mengaku pernah mengandung anak sang suami.
Celotehan Juara di sana tak Melati hiraukan. Sesekali bocah tampan itu memeluk, Melati pun membalas. Bocah itu bermain pasir-pasiran sesuka hati. Bahkan ada tanah liat yang disediakan untuk bermain.
"Ndaaa! Nnniiih! Uee." Juara mendongak di samping sang bunda, menyerahkan sesuatu di tangannya yang kotor.
"Ah? Ya, ganteng? Hmm?"
"Woow! Ini apa?" tanya Melati mulai berjongkok dan menyimpan selang yang otomatis mati.
"Ini uee. Ue tonat." Juara berusaha agar ucapannya benar.
"Apa? Uee? Tonat?"
"Iya. Hihihi."
"Hihi. Gemesnyaaa si ganteng satu inii. Donat buat bunda?" ucap Melati mendengus. Di tangan anaknya ada tanah lihat setengah basah yang dibentuk seperti donat dan diberi topping kelopat bunga dari yang layu hingga masih segar.
Melati mencolek tanah berbentuk donat itu, berpura-pura melahapnya hingga sang anak tertawa girang. Penampilan anaknya sangat kotor dan juga basah.
"Nnak? Nnaak? Eee–naak?"
"Iya. Enak buaaangeeet! Enak buanget sekaliiih!" timpal Melati terpejam seolah merasakan nikmat yang luar biasa.
'Prok-prok-prok!'
"Umm! Nyoum nyoum nyoumm! Yummy!" girang wanita cantik itu bergoyang sembari terus bertepuk tanga.
"Nnak? Enak-enak-enaak?" desak Juara membungkuk menelisik wajah cantik sang bunda.
Donat di tangan mungil itu jatuh begitu saja dan rusak. Tatapan polos Waya yang menatap tanah dan ibunya bergantian sontak membuat Melati gemas. Begitu manis bundanya menggeleng mengatakan kalau itu tidak apa-apa.
"Ga papa, sayang. Nanti buat lagi. Okay?"
"Umm,.. enaak? Ndaa, nnaak?" Desak Waya lembut.
"Of course! Rasanya muantep! Anak bunda, hebat! Anak bunda, keren! Anak bundaaa,..."
"Pinteerrr!!" teriak Waya melompat tinggi.
"Tos dulu!"
"Tos!!" teriak Melati dan Waya kompak mengadukan dua telapak tangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...