Malam hari..
"Dadah tante mamih! Tuan Yuza! Selamat malam!" Ucap Melati seiring melangkah mengikuti pergerakan mobil Yuza sedikit demi sedikit.
"Dadah, nyonya! Makasih oleh-olehnya!" Ucap Adit tak kalah ceria dan pastinya sopan seperti Melati.
"Dadah! Sama-sama, Adit, Melati! Panggil tante aja, ya. Hehe. Dadah!" Ucap ibu dari Yuza ini dengan manis melambaikan tangannya dengan jendela mobil yang perlahan ia tutup sedikit demi sedikit.
"Hati-hati dijalan. Makasih banyak hadiahnya. Tuan Yuza jangan tidur kemaleman, nanti kepalanya pusing, abis kebentur." Melati tersenyum manis begitu tulus seiring mencari wajah Yuza lewat jendela.
Gerakan tangan Yuza pada setir mobil sontak berhenti sejenak. Matanya membeku sulit berpaling dari sosok gadis cantik bernama Melati itu. Yuza merasa seperti diberi hadiah besar saja, padahal itu hanya ucapan biasa.
"Ayo berangkat, sayang. Papih nungguin mamih dari tadi. Katanya ga bisa tidur." Sara berucap seiring menangkup lembut punggung tangan anaknya. Bibirnya melengkung manis kala menunggu respon.
"Ha? Ah, iya. Kita berangkat." Yuza mengangguk mengedip-ngedip kala tersadar.
'Tit' 'Tiit!'
"Daah!"
Melati tersenyum mendekap tas kulit miliknya yang sudah berumur lama ini. Ini ransel kulit pemberian Yuza dari 7 tahun yang lalu. Padahal sampai usia Melati setara SMA, Sara masih terus memberi tas, itu karena Sara tak tahu Melati tidak lanjut sekolah. Tapi entah kenapa, tas yang paling Melati suka adalah tas yang ia dekap, ransel pemberian Yuza.
Beberapa waktu berlalu. Sara dan Yuza masih di perjalanan. Di belakang mobil mereka terdapat dua mobil yang setia menguntit. Itu sengaja, mengantisipasi adanya kejahatan, terlebih Yuza adalah CEO juga komisaris penting di banyak perusahaan.
"Dimana kamu ketemu Melati? Kenapa bisa Melati sampe ke rumah kamu? Kamu yang ajak?" Ucap Sara membuka suara ditengah keheningan malam.
"Yuza kecelakaan tadi. Yuza nabrak warung dan ternyata di warung itu ada Melati lagi istirahat. Ya, kisahnya kayak gitu." Yuda berakhir mengedik dengan mata menatap sesaat tuk memastikan.
"Kisah apa? Kisah cinta?" Ucap Sara mendengus menjahili anaknya yang tampan ini.
"Haha! Boleh, mih, boleh!" Ucap Yuza mengangguk dengan bibir sulit berbohong untuk tidak melengkung. Mengingat kejadian tadi membuat Yuza sulit menahan senyum.
"Wajahnya anak mamih berseri-seri banget. Haha. Ada apa nih?! Ekhem!" Gurau Sara tersenyum ikut bersemu merah.
"Dulu tante Dewi suka manas-manis mamih waktu Angga remaja. Katanya suka iseng ngobrol tentang cewek-cewek ke Angga. Mamih ga pernah deh iseng ke kamu, baru sekarang. Haha. Ternyata seru, ya."
Yuza terus tersenyum dengan mata yang berbinar indah. Melati cantik sekali, sangat mengagumkan, membuat hatinya seolah dijatuhi banyak bunga. Yuza semakin gemas lagi kala mengingat kejadian Melati ambruk diatas dirinya. Terlebih Melati masih saja polos, meskipun sudah berusaha Melati tutupi dengan sikap sopannya yang begitu khas itu.
"Kecepetan, ga, sih, kalo mamih nanya sekarang? Hmm,.." ucap Sara sengaja bergumam tanpa mencoba menutupinya dari sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...