Pagi hari ini, Melati sudah siap memakai pakaian sederhananya yang paling rapih dan bersih. Melati memakai sweeter pink dengan rok klasik jadul begitu sederhana yang berwarna kuning tua.
Melati berdiri menunduk merenung. Matanya menelisik rok yang ia sedikit angkat. Semoga saja dirinya diterima kerja di rumah majikan ayahnya itu. Melati tidak ingin menumpang lagi disini, apalagi Siti selalu bilang jikalau rumah ini atas nama Siti. Melati malu terus menjadi benalu.
"Semangat, kak Mel!"
"Aah! Adiit, kaget. Iew. Ngeselin!" Kesal Melati dengan manja memukul bahu adiknya.
"Cantik banget. Mau cari jodoh, yaa? Haha." Adit dengan jahil mendorong bahu Melati dengan bahunya. Keduanya saling tersenyum kala melihat pantulan mereka.
"Kak Melati masih muda, Adit. Nikah tu nanti, pas udah dua dua atau maksimal dua enam." Melati mengerucutkan bibirnya dengan angkuh seiring kembali berkaca dengan penampilan yang ia rapihkan kembali.
"Emang ada yang mau sama kak Mel?"
"Ih. Ngeledek banget! Ada lah kalo udah jodohnya. Emangnya Adit, pacarnya ada empat, poligami. Ga boleh!" Ujar Melati berkacak pinggang dengan bibirnya yang mengerucut menggemaskan.
"Itu bukan pacar! Ck! Itu mah biasa, fans panatik." Adit menyangkal tak mau kalah.
"Bukannya fanatik, ya? Bukan papapa panatik. Yaah. Haha. Adit salah. Hahaha." Melati tertawa begitu manis menujuk adiknya yang sudah ia beritahu. Inilah Melati, bisa dibilang culun, polos, namun selalu tidak banyak aksi saat bersama orang lain. Melati tak ingin orang langsung kesal karena tingkah polosnya.
Keduanya berlanjut bersenda gurau dengan Adit yang tanpa ragu ikut membantu membereskan pakaian Melati. Melati begitu percaya diri untuk bisa menjadi bagian dari pelayan di rumah mewah Yuda Pratama itu. Kata ayahnya, baru saja ada tiga pelayan yang akan siap berhenti bekerja dikarenakan usia dan alasan serius lainnya. Setidaknya celah Melati begitu besar.
"Yuk! Salim dulu sama si Siti. Kalo dia ngebacot, kagak useh lu denger. Ho'oh? Lu iye iye aje biar cepet." Sarip membisik heboh seiring mendorong bahu Melati agar cepat kembali masuk ke rumah.
"Tap-tap-tapi, pak. Engg-enggak usah aja. Semalem udah, kok." Melati meringis gusar. Melati sudah sangat trauma.
"Mel,.."
Melati kesulitan menelan ludahnya kala Sarip menatap memperingati tuk menunggu dirinya. Hingga akhirnya Melati memberanikan diri, mengangguk dan segera memasuki rumah.
"Jangan didenger!" Bisik Sarip begitu heboh menyemangati. Setidaknya anaknya sudah berpamitan, entah Siti suka atau tidak. Yang penting Melati sudah berusaha.
[MELATI'S LOVE STORY]
Yuza memejamkan mata seiring membiarkan Bela mengecupi lehernya tanpa henti. Yuza duduk diatas kursi kerjanya dengan Bela yang ia pangku. Tak sedikitpun Yuza peduli akan apa yang Bela lakukan, Yuza pun pada Bela seperti itu saat butuh. Bedanya, Bela selalu memabalas, sedangkan Yuza membalas kala mau saja."Matiin rokoknya, Bela!" Geram Yuza menggeliat mendorong tangan Bela yang sedari tadi mendarat diatas bahunya.
"Belum abis, Yuza. Ck! Biar seruu." Bela menggeram manja juga tak kalah serius. Tubuhnya bergerak berontak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...