Suasana kamar bernuansa hitam dan sedikit coklat itu tampak remang-remang, bahkan menuju gelap. Godennya ditutup, lampu besar dimatikan, hanya ada lampu kecil di empat sudut atap, dan lampu panjang memebentak di atap yang bisa diatur warnanya.Kaos berukuran besar, celana kerja, jas, kemeja hitam, hingga sabuk tergeletak begitu saja di lantai dan karpet yang menjadi alas ranjang. Selimut dari ranjang yang tidak tinggi itu turun beberapa bagian ke bawah, menjuntai hingga menyentuh lantai.
Di atas ranjang terdapat sepasang suami istri tak berpakaian, namun tertutup oleh selimut lebar dan tebal. Punggung polos si suami menyandar pada bantal, sedangkan istrinya meringkuk di kasur menyandarkan wajah pada perutnya dengan satu tangan melingkari punggung dan satunya lagi mengusap di perut dan dadanya yang bertato. Sesekali istrinya meraba merasakan otot kotak-kotak di sana.
"Kamu harus inget sarat-saratnya, Melati Harum!" Ucap Yuza memijat kepala istrinya di bawah.
"Inget, pasti selalu diinget."
"Satu anak, ga boleh nambah lagi. Ga ada acara-acara nangis," tambah Yuza menarik pinggang istrinya, mengusapnya hingga lelukan pinggul.
"Hehehe. Iya, sayangkuu, janji." Melati menekan perut suaminya tuk memandang wajah itu, ia tersenyum manis.
"Hihi." Melati terkekeh menggigit puting suaminya, mengoyaknya lemah hingga terdengar kekehan besar dari Yuza.
"Hahaha! Ngapaiin? Belum capek? Katanya lapar."
"Siapa yang capek? Wlee! Aku ga pernah capek!" Sembur Melati mendongak angkuh dengan dagu menekan di sisi dada suaminya.
Jeritan manja sontak memenuhi seisi ruang kamar. Pria itu bergerak cepat mendorong istrinya hingga telentang di ranjang. Ia tindih istrinya, tubuh kekarnya mengukung posesif pada tubuh wanita mungil yang bisa ia pandangi seluruhnya. Setengah tubuh mereka masih tertutupi selimut.
Melati mengulum senyum mendapati pria tampan itu menelisik tubuhnya yang hanya bisa diam. Sontak ia beri kekeha kala mereka berkontak mata.
"Lihatin apa? Hayoo?" Jahil Melati mencolek dagu suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...