"Baju kamu lusuh banget, Melati. Saya ga bilang kotor, tapi emang kelihatan lusuh." Yuza berucap jujur bergantian menatap Melati dan jalanan.
"Ah? J-jelek ya? Hehe." Melati mendengus tak percaya diri. Bahunya menciut tak nyaman. Melati takut dirinya mengganggu penglihatan Yuza.
"Ga terlalu. Harusnya tadi beli baju."
"Bapak kamu kasih kamu uang?" Tanya Yuza dengan wajah bengisnya yang lenyap, tergantikan dengan wajah perhatian.
"Bapak kasih, kok, uang. Dari ibu lima ribu buat sekolah, dari bapak lima ribu juga, buat jajan."
"Kadang bapak kasih sepuluh ribu. Tapi ibu jangan tahu. Hehe. Bapak emang lucu!" Ucap Melati mengangkat kesepuluh jarinya dengan cerah penuh kebahagiaan. Bibirnya melengkung cantik.
Bibir Yuza mengatup rapat. Mata Yuza jelas tersirat rasa prihatin dan kemarahan yang besar. Lima ribu itu bukan uang mungkin bagi Yuza. Dan Melati hanya bisa jajan lima ribu untuk sekolah. Ada apa ini dengan kehidupan Melati?
"Kamu mau uang?" Tanya Yuza mulai membuat mobilnya melambat dan sengaja berhenti.
"Harus kerja dulu. Baru dapet uang. Makanya Melati mau buru buru tamat SMP, biar bisa kerja di pabrik." Melati mengangguk penuh semangat dengan mata melebar manis.
"SMP?" Gumam Yuza mencari kepastian.
"Iya. He'em. Kalo SMA, kasian Adit ga ada biaya buat masuk SMP sama SMA. Jadi, Melati biar sampe SMP aja." Melati tuk kesekian kalinya mengangguk juga tersenyum. Matanya menjelaskan dengan lembut seperti seorang guru yang sabar.
"Nanti bisa punya uang, deh, ga repotin bapak Sarip. Hehe."
"Terserah!" Desis Yuza dengan sinis mendelik mulai kembali mengalihkan tatapannya menuju jalan.
"Kok, tuan Yuza marah sih? Yang nanya sendiri, kan, tuan Yuza."
"Apa Melati?!" Geram Yuza menatap tajam, tangannya mencengkeram stir mobil miliknya. Yang benar saja, Melati menggerutu saat dirinya bahkan begitu dekat.
"Eng-enggak, tuan. Melati cuman,.. Mel-melati cumaan,.. Melati cuman jujur aja. Emang tuan Yuza duluan yang bahas, kan?" Cicit Melati memojok salah tingkah. Mekati tak bisa banyak bergerak, mobilnya serba disentuh seperti layar Hp saja, sangat canggih.
"Ok, never mind!"
Mereka pun akhirnya kembali hening. Melati terdiam hening dengan segala penyesalan dan kebingungannya, dan Yuza sendiri yang sedang kalut atas segala pengalamannya berbincang banyak bersama Melati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...