69. Happy❤

1K 125 5
                                    


Di tengah taman dengan banyak balita yang bermain ke sana kemari, Melati luruh berdiri dengan lututnya, ia menangis mendekap bocah laki-laki bernama Juara yang sudah tak gempal seperti pertama kali mereka bertemu.

Sosok wanita muda cantik itu terpejam dengan suara tangis yang menemani dekapannya bersama sosok anak kecil bernama Juara ini. Juara tampak kurus, rambutnya cukup panjang tak terurus. Juara terus menangis berucap kalau sangat merindukannya, itu semakin membuat dirinya sakit.

"Huaaa! Bundaaa! Huuuuu! Nangan engi-engiii! Huuuu!" Raung Juara dengan kedua logat cadel khas bocah. Kedua kakinya berjinjit naik turun, ingin semakin mendekap melingkarkan tangan di leher sosok wanita baik hati ini.

"Huuuu! Nangan engi-engii eyuus. Huuu. Waya inyih angis bundaaaa. Huuu."

Para anak di kejauhana sana banyak yang berhenti beraktivitas, sedangkan ada beberapa juga yang sibuk bermain bahkan bertengkar. Beberapa anak membeku menyaksikan Melati yang selalu baik hati pada mereka.

Sosok pria tinggi besar berkacamata hitam yang tak lain dan tak bukan adalah suami dari Melati itu hanya berdiri saja di kejauhan, di atas teras dapur. Pria berhidung mancung dengan tindik kecil di salah satu sisi hidung itu terus bergeming. Tampak pemandangan mengharukan di kejauhan sana sangat tak sampai menyentuh hati, apalagi sampai menggetarkan. 

"Bunda minta maaf, sayang. Hiks. Bundanya ada banyak urusaan. Hiks. Jadinya jarang jengukin Wayaaa. Hiks," isak Melati terpejam mengusap sekaligus mendekap hangat punggung kecil dalam dekapannya.

"Ni inyih waya iyii. Iyi eyuus. Na auuu aiin. Au bundaa, na mau yang aiin." Juara menggeleng, bibirnya mencebik, wajahnya menelusup pedih.

(Juara disini sendiri. Sendiri terus. Ga mau main. Mau bunda, ga mau yang lain).

"Iyaa, hiks. Iyaa,.. ini bunda disinii. Hiks. Bunda jemput Juara. Bunda mau sama Juara, kita sama-sama, yaa? Hiks." Melati tersenyum pedih, kepalanya mendongak, ia beri banyak kecupan pada sisi wajah Juara.

"Huaaa! Huaaa! Nda auu inyiiih. Huhuuuu."

"Ap-apa, sayang? Hmm? Juara ga mau di sinii?" Lirih Melati sontak melipat bibir, menyisir lembut kepala Juara seiring wajah mereka menjauh.

Keduanya saling menatap dengan mata yang sama-sama sembab dan dipenuhi airmata. Satu tangan Melati melingkar di tubuh Juara, satunya lagi merapikan rambut setengah gondrong Juara dengan lembut. Juara terpejam pasrah, kedua tangannya mencengkeram baju di bagian depan dada Melati, tampak sangat takut Melati menghilang darinya.

Melati tersenyum manis bercampur pedih kala Juara terus menatapnya tanpa mengedip. Juara begitu datar, sangat serius.

"Juara mau dengerin bunda bicara? Hmm? Boleh dengerin bunda bicara dulu, sayang?" Rayu Melati begitu manis membelai wajah Juara walaupun banyak sisa bekas makanan di hingga pipi.

"Bunda sayaang banget sama Juara. Bunda selalu rindu sama Juara. Juara sama? Juara selalu rindu bunda?" Tanyanya manis.

Pertanyaan manis itu dijawab cepat dengan sebuah anggukan. Perlahan tangan berjari lentik itu meraih dua tangan Juara, menggenggamnya lembut, memberinya usapan hangat.

"Bunda punya rumah, rumahnya bukan disini. Juara mau ikut bunda? Juara juga bakal punya ayah. Bunda punya suami. Nanti panggil daddy ke suaminya bunda," terang wanita yang tak lagi menangis itu mendekatkan dua tangan kecil itu pada wajah, mengecupnya dengan bibir.

"Ituu,... itu daddy-nya Juara, kalo Juara mau ikut Bunda." Melati mengangkat tangan Juara ke arah bangunan, lalu dirinya menunjuk secara spesifik pada sang suami di sana.

Pria bertubuh kekar itu terus berdiri seperti patung dengan kedua tangan melipat angkuh. Wajahnya lurus kedepan, tatapannya terhalang oleh kacamata hitam. Yuza terus diam walaupun istrinya disana menunjuknya, tampak memberitahu tentang dirinya pada sosok anak kecil bernama Juara itu.

Melati's love story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang