46. Stuck with you

1.1K 163 97
                                    

Cahaya senter menyala, menyoroti isi gedung yang tadinya menjadi pusat keramaian kini begitu sunyi seperti gedung tempat orang meliput penampakan. Tempat yang biasanya ramai oleh orang-orang dari segala kalangan, sekarang hanya menjadi gedung kosong nan menyeramkan. Suasana yang sepi dan gelap mungkin sudah tidak mengherankan lagi bagi para insan yang sekarang tengah menyusuri gedung besar ini, kecuali seorang gadis yang baru pertama kali keluar setelah hampir dua bulan terkurung di rumah tua yang besar di tengah hutan.

"Dulu, aku sangat suka meminum Boba di sana." Lirihnya sambil menyorotkan lampu senternya ke salah satu ruko.

Hyunjin melihat ke arah ruko tersebut, dan hanya bisa mengusap bahu adiknya, sayang. "Suatu saat, pasti kau bisa meminum Boba di sana lagi."

Yeji hanya tersenyum singkat dan mengangguk.

Berbeda dengan si gadis Hwang, gadis lain bermarga Jeon hanya memutar bola matanya malas. Dia sudah tidak merasakan perasaan apapun meski melihat seluruh kota telah porak poranda. Mobil mahal berkarat, motor yang tergantung di pohon, bangkai hewan di mana-mana, warna merah menghiasi jalanan kota, rumah mewah tanpa penghuni, semua keburukan kota setelah adanya pandemi tak lagi menjadi pemandangan aneh. Terlalu banyak keburukan dunia yang sudah ditelan oleh gadis itu bahkan sebelum pandemi ada. Mungkin dia memang bukan sosok yang cukup melankolis, mengingat dia seolah tak peduli akan apapun kecuali pria tampan dan pergelangan tangannya yang saat ini terborgol bersama si "Tanah Liat".

"Sebaiknya kita berpisah di sini." Menggantikan Renjun, Felix mengambil alih memberi instruksi.

"Di sini?" Tanya Yeji memastikan.

Felix mengangguk. "Kita akan ke lantai 3, sedangkan mereka akan ke sana."

Yeji mengikuti arah telunjuk Felix dan melihat ruko paling besar dari ruko lainnya yang sudah pasti adalah Supermarket. Yeji mengangguk mengerti lalu menatap Hyunjin sejenak.

"Jaga diri Oppa baik-baik ya!" Yeji memeluk Hyunjin, hangat.

Hyunjin membalas pelukan Yeji dan mengangguk. "Pasti. Kau juga ya!"

Melihat interaksi keduanya, Somi memepetkan dirinya ke Haecan dan berbisik. "Hei, Tanah Liat! Si Gondrong itu pacarnya Kucing Liar kah?"

"Mereka Hwang bersaudara, Hyunjin adalah kakak dari Yeji." Balas Haecan yang dibalas oh singkat dari gadis di sampingnya.

"Kalian, jaga diri baik-baik!" Kata Felix pada team ketiga.

Haecan mengangguk. "Kalian juga."

Kedua rombongan itupun berpisah di depan eskalator yang tidak lagi berfungsi. Team Haecan pergi ke supermarket yang terletak di ujung selatan lantai 1 sedangkan Team Felix akan pergi ke lantai 3 dimana toko pakaian berada.

Jika Yeji harus menyebutkan sisi baik dari pandemi ini, maka hal pertama yang Yeji akan katakan adalah tidak ada lagi cap kriminal ketika dia mengambil barang branded secara cuma-cuma. Yeji melongo melihat jajaran ruko berisikan barang-barang branded terbuka lebar seolah menggodanya untuk merampok besar-besaran barang mewah itu. Padahal, Yeji bukanlah tipe gadis muda yang senang mengoleksi barang-barang fashion tingkat dewa atau mewah. Selama dia berjalan-jalan ke mall ini dulu, dia tak pernah sekalipun terpincut berkunjung atau sekedar melirik ruko dengan lambang brand mewah di atasnya. Selama ini, destinasinya selalu tertuju pada toko Boba atau mentok-mentok bioskop. Entah karena sisi feminimnya baru keluar, atau karena efek harga selangit dompet melilit tidak berlaku lagi sekarang.

"Eh, toko ini?!" Seru Yeji terkejut ketika mereka berdiri di depan toko baju paling kecil diantara yang lainnya.

"Memang kenapa? Toko ini punya banyak pakaian musim dingin dengan bahan yang bagus. Dulu, kami membeli semua pakaian musim dingin kami di sini." Jelas Felix.

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang