(Season 2) 67. Only tear

829 125 68
                                    

1 jam telah berlalu tanpa adanya kabar dari Renjun dan kawan-kawan. Kali ini bukan hanya ke-5 gadis itu yang menunggu di ruang depan, para survivor yang lain juga ikut menunggu. Mereka terlalu gelisah sampai tidurpun terasa tidak nyaman.

Yuna bahkan tidak merasa keberatan 1 ruangan dengan Kai. Bukan hanya tidak keberatan, tapi Yuna benar-benar tidak peduli akan keadaan sekitar. Pikirannya hanya tertuju pada Jisung dan Bangchan. Entah kenapa gadis itu merasakan firasat buruk terkait kedua pemuda itu.

"Yeji-ya, berhenti mondar-mandir seperti setrikaan. Berhenti membuat kepalaku pusing." Keluh Changbin pada Yeji yang tidak berhenti mondar-mandir memeriksa jendela konstan setiap 20 detik.

Yeji mendecih sebal. "Sebenarnya apa yang mereka lakukan sih? Kenapa mereka belum pulang juga?"

"Badai juga semakin besar. Aku khawatir terjadi apa-apa pada mereka." Tambah Seungmin setelah sebelumnya mengecek keluar jendela.

"Ryujin-ah!" Panggil Beomgyu. "Boleh aku bertanya denganmu?"

Ryujin mengangguk singkat meski awalnya bimbang ketika melihat raut wajah Beomgyu yang tidak terlalu baik.

"Diantara kita, hanya kau yang paling tahu tentang Donghae. Apakah, mungkin bagi mereka menang melawannya?" Tanya Beomgyu takut-takut.

Ryujin terdiam sejenak, menimang-nimang pertanyaan Beomgyu. Karena secara tidak langsung pertanyaan Beongyu cukup mengundang atensi Ryujin. Diapun tidak yakin apakah Renjun bisa mengalahkan Donghae. Tiada detik tanpa kecemasan dalam diri Ryujin. Dengan pertanyaan Beomgyu, Ryujin kembali kepikiran akan hal itu.

"Ryujin-ah!" Panggil Beomgyu ketika Ryujin hanya membisu.

"Aku, tidak tahu." Jawab Ryujin sembari menundukan kepalanya. "Maaf, aku benar-benar tidak tahu."

Lia tertegun melihat wajah ragu-ragu Ryujin. Diantara mereka semua memang hanya Lia yang sedari tadi hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun. Lia sungguh terpukul akan kepergian Jaemin. Pemuda Na itu pergi dengan meninggalkan kesan menyedihkan dalam hati Lia. Dibandingkan rasa khawatirnya pada Hyunjin, Lia justru lebih khawatir dengan Jaemin.

Kenapa Jaemin pergi setelah dirinya mengucap janji bahwa akan selalu bersama Lia? Seringkali Lia menanyakan sebuah pertanyaan pada Jaemin, apakah pemuda itu akan tetap berada di sisinya, seolah-olah itu adalah firasat Lia yang mengatakan bahwa Jaemin akan pergi suatu saat nanti.

Benar saja, Jaemin pergi meninggalkan Lia. Gadis itu diliputi rasa bersalah juga kecewa atas apa yang Jaemin putuskan secara sepihak ini. Apakah keputusan Jaemin sudah mutlak hingga dirinya tidak membutuhkan campur tangan apapun dari Lia? Apakah Lia sebegitu menyusahkannya hingga Jaemin tidak mau membicarakan hal ini padanya?

"Itu mereka! Mereka kembali!" Pekik Seungmin yang mengundang atensi mereka semua.

"Taehyun! Taehyun-ah!"

Orang yang paling pertama bereaksi adalah Chaeryeong. Sungguh, menunggu adalah hal yang paling menyiksa bagi Chaeryeong. Kecemasan tiada akhir mengikis mental Chaeryeong tiap detiknya. Chaeryeong sangat rindu dengan suara Taehyun. Chaeryeong ingin bertemu dengan Taehyun. Keberadaan Taehyun adalah mutlak bagi seorang Chaeryeong sampai rasanya dia tidak sanggup hidup di dunia yang keras ini tanpanya.

"Chaeryeong-ah, pelan-pelan!" Ryujin memegang bahu Chaeryeong ketika gadis itu hampir jatuh karena tergesa-gesa.

"Aku ingin bertemu Taehyun. Aku ingin menyambutnya." Racau Chaeryeong dengan sedikit linangan air mata.

Seungmin menelan ludah kasar. Pemuda itu tiba-tiba saja berdiri di depan pintu untuk menghalangi jalan keluar. Ryujin dan Chaeryeong yang tadinya sudah tinggal beberapa langkah mencapai pintu keluar dibuat kebingungan oleh tingkah Seungmin. Pemuda itu hanya diam mematung di depan pintu seakan tidak rela bila gadis-gadis itu pergi menghampiri Renjun dan kawan-kawan.

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang