11. Chaeryeong tears

1.4K 235 21
                                    

00.27. K.S.T

Chaeryeong tiba-tiba terbangun di tengah tidurnya. Perutnya benar-benar terasa sakit. Sepertinya, ini karena hari ini dia makan hanya sedikit. Ingat tidak saat beberapa jam yang lalu Chaeryeong, Yuna, dan Yeji kena omel? Nah, setelah kena omel Aquila guard, Chaeryeong langsung pergi ke kamar karena merasa tidak mood makan. Entah kenapa rasanya perutnya tidak bisa diajak kompromi hari ini. Giliran waktunya makan, malah nggak laper. Sekarang, tengah malem gini keroncongan. Apa sih mau perutnya?

" Chaeyeon Eonni."

Chaeryeong tiba-tiba teringat akan sosok kakaknya. Dulu, saat dia merasa kelaparan di tengah malam begini, dia pasti selalu membangunkan kakaknya sambil merengek-rengek. Hingga akhirnya kakaknya itu terpaksa bangun dengan tubuh gontai untuk memasakkan makanan lezat demi adik tercintanya ini. Tapi sekarang Chaeryeong sudah tak bisa lagi merengek pada kakaknya itu. Tak ada lagi nasi goreng kimchi buatan kakaknya di tengah malam begini. Tidak ada lagi suara serak kakaknya yang mengatakan "iya, iya, akan Eonni buatkan" Dan tidak akan ada lagi sebuah usakan di kepalanya saat dirinya ingin pergi ke alam mimpinya.

Tidak, tidak akan ada lagi. Chaeryeong harus bisa menerima kenyataan. Kalau sosok kakaknya sudah tak bisa lagi menatapnya dengan penuh kasih sayang. Dahulu, setiap kakaknya pergi, dia pasti akan kembali lagi dengan membawa cookies kesukaan Chaeryeong sebagai tanda permintaan maaf. Tapi sekarang, jangankan cookies. Chaeryeong tidak akan bisa lagi mendapati kakak nya kembali padanya. Tidak mungkin ada sosoknya lagi.

Chaeryeong perlahan berjalan ke ruang utama. Dirinya menatap pintu besar yang memisahkan dirinya dengan halaman depan. Dia membayangkan sekaligus berharap. Kakaknya akan kembali padanya. Kakaknya akan membuka pintu itu sambil menunjukkan cengirannya.

"Chaer-ah, maaf Eonni telat pulang. Hehe, eonni membawakan cookies kesukaanmu!"

"Eonni! Terimakasih eonni! Seharusnya kau tidak perlu membawakan ini. Asal kau kembali aku sudah senang."

"Hiks.. eonni, inilah saatnya.. hiks.. kembalilah padaku dan bawakan aku cookies itu.. chaer lapar.. Chaer ingin cookies itu sekarang.. hiks.. kembalilah eonni.."

Chaeryeong merosot di lantai sambil menekap mulutnya agar suara tangisnya tidak mengganggu penghuni lain. Gadis itu menangis dalam diam. Semua ke sesakan hatinya dia simpan sendirian. Melupakan kepergian sang kakak tak semudah membalikkan telapak tangan. Kenangan akan sosok yang selalu mendukungnya membuatnya selalu ingin menyerah pada nasib. Chaeryeong ingin menyusul kakaknya. Chaeryeong tidak kuat lagi. Awalnya dia kira, seiring berjalannya waktu, dia bisa menerima kenyataan dan menjalani hidupnya seperti sedia kala. Tapi tidak akan lagi dia meremehkan kematian kakaknya. Peristiwa bersejarah baginya itu, terlalu kuat untuk di lepaskan. Efek kesedihannya sungguh kuat hingga tak tertahankan. Chaeryeong menyerah. Chaeryeong tak lagi bisa menerima semua kenyataan ini. Dia ingin mati saja. Dia ingin tinggal bersama kakaknya.

"Hiks.. Eonni.. Chaer ingin bersama Eonni.. Hiks.. Chaer tak ingin lagi hidup di dunia yang keji ini." Wajah Chaeryeong sembab dengan air mata tapi, sebuah senyum terlintas di wajah pilu itu. "Eonni, sekali ini saja. Izinkan Chaer untuk menyusul Eonni ya?"

Chaeryeong bangkit dan berbalik badan. Dia pergi ke arah dapur dengan langkah pelan. Sejujurnya, masih ada keraguan dalam hatinya untuk melakukan hal ini. Chaeryeong benci rasa sakit. Chaeryeong tidak mau merasakan sakit, perih, dan linu di tubuhnya. Tapi, rasa takut itu kini tengah bertempur hebat dengan keputusa-asaannya. Saling mengalahkan untuk mengendalikan Chaeryeong. Berhenti, atau tetap nekad menyusul sang kakak.

Setiap langkah, hatinya terus bergumam untuk menentukan pilihan.

Tap! (Mati)

Tap! (Bertahan)

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang