24. someone new

1.2K 193 83
                                    

Lia berlari secepat yang dia bisa menuju ruang medis. Dia ingin segera menemui Hyunjin. Jaemin berkata padanya kalau Hyunjin terluka. Seketika, perasaan cemas memenuhi hati gadis itu. Dia sudah tidak peduli lagi dengan sekitar. Yang dia pikirkan hanyalah keadaan Hyunjin.

"Oppa!" Pekik Lia setelah dia sampai di ruang medis.

Hyunjin, Beomgyu, dan Ryujin kaget karena Lia membuka pintu ruang medis dengan tergesa-gesa, bahkan terkesan mendobrak pintu. Mereka bertanya-tanya akan kedatangan Lia. Soalnya, Lia terlihat begitu lelah sampai ngos-ngosan.

"Eonni, ada apa?" Tanya Ryujin.

Tanpa menjawab pertanyaan Ryujin, Lia langsung berhambur menghampiri Hyunjin. Mata gadis itu menunjukkan kilatan cemas ketika melihat lengan Hyunjin yang terbalut perban.

"Oppa, apa yang terjadi?" Tanya Lia.

Hyunjin tersenyum sambil melihat lengannya sendiri. "Aku hanya terkena luka bakar. Saat menyalakan obor, ada zombie yang menyerang kami. Tak sengaja lengan ku terbakar. Untungnya, tidak terlalu parah. Hanya luka kecil."

Lia menghela nafas lega. Dia pikir Hyunjin terkena luka serius. Syukurlah hanya luka bakar dan tidak terlalu parah. Hampir saja jantung nya copot saking khawatir nya dia dengan keadaan Hyunjin.

"Nuna ini, padahal Hyunjin-Hyung hanya terkena luka kecil. Tapi kau berlari seperti orang yang dikejar setan." Cibir Beomgyu.

"Iya, kau setannya!" Bukannya Lia yang menjawab, malah Ryujin yang membalas Beomgyu. "Eonni, aku dan Beomgyu akan pergi dulu. Kami ingin melanjutkan latihan."

"Eh, latihan lagi?!" Beomgyu membelalakkan matanya.

"Apa?! Mau protes?! Tembakan mu masih sering meleset. Sudahlah ayo!" Ryujin menarik kerah baju Beomgyu dan menyeretnya keluar.

Kini, hanya tersisa Hyunjin dan Lia. Suasana menjadi sedikit lebih canggung. Karena, sudah 3 hari mereka tidak bertemu. Lia juga sedang mencari topik agar dia bisa ngobrol dengan Hyunjin.

"Lia-ya, mau sampai kapan kau berdiri?" Hyunjin menepuk-nepuk ranjang di sebelahnya. "Duduklah di samping ku!"

Lia tersenyum senang dan akhirnya duduk di samping Hyunjin. "Oppa, bagaimana keadaan di luar sana?"

Hyunjin menampilkan senyum miris. "Kau tidak akan percaya, kalau itu adalah tempat tinggal kita."

"Segitu parahnya?" Tanya Lia ikut sedih.

Hyunjin mengangguk. "Gedung-gedung sudah tidak terawat. Zombie bertebaran dimana-mana. Jalanan kota begitu sepi tanpa ada satupun kendaraan. Aku juga sempat melihat beberapa mayat tergeletak di sisi jalan. Bukan hanya mayat manusia, hewan seperti anjing dan kucing juga mati kelaparan. Mobil-mobil sudah hancur-- sisa tabrakan--. Aku, bahkan tak menyangka dalam waktu 1 bulan, Seoul sudah menjadi begitu menyedihkan."

Lia hampir menangis mendengar gambaran Hyunjin tentang Seoul sekarang. Dia sangat rindu dengan lingkungan rumahnya. Tapi, saat mendengar penuturan Hyunjin, entah kenapa dia jadi begitu takut untuk pergi ke sana. Lia takut, dirinya hanya akan kecewa dan semakin kecewa dengan dunia.

"Apa oppa sempat ke lingkungan rumah kita dulu?" Tanya Lia dengan suara sedikit bergetar.

Hyunjin menggeleng pelan. "Aku hanya pergi ke toko swalayan dekat sekolahmu. Kau ingat? Toko swalayan milik pak Bobby? Toko itulah yang kami kunjungi."

"Bagaimana dengan pak Bobby? Kau bertemu dengannya?"

"Lia, sudah tidak ada lagi orang yang tersisa di sana. Bahkan, kami masuk ke toko itu dengan memecahkan jendelanya. Jika masih ada yang selamat, mungkin toko itu sudah di bobol atau lebih parahnya, di jarah oleh orang lain. Tapi yang kulihat, isi toko itu masih sangat penuh dan rapih."

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang