(Season 2) 68. Dangerous

1K 126 85
                                    

09.00.K.S.T

Kesekian kalinya, Ryujin menghela nafas melihat sang kekasih di depannya. Sampai detik ini, Renjun belum sama sekali mengistirahatkan matanya barang sedetikpun. Pemuda itu tidak makan, tidak minum, ti nodak pula tidur, yang dia lakukan hanya diam dan duduk di depan komputernya, melihat lurus ke arah layar hitam tanpa mengatakan apapun. Ryujin tidak tahu, bagaimana caranya agar dia bisa mengembalikan semangatnya kembali.

Walau sebenarnya tidak dipungkiri bahwa kondisi tubuh Ryujin tidak berbeda jauh dengan Renjun. Gadis Shin itu hanya memiliki waktu 2 jam untuk tidur. Setelah sebelumnya dia memeluk Renjun untuk menenangkan pikiran pemuda itu. Hingga akhirnya Ryujin yang justru malah terlarut ke dalam heningnya malam dan tertidur di dalam pelukan Renjun.

Ketika Ryujin membuka matanya, dia sudah tertidur di sofa yang ada di ruang kerja Renjun. Sedangkan netranya langsung menangkap sosok kekasihnya di depan sana, terdiam seperti boneka tanpa jiwa. Ryujin sempat merutuki dirinya yang justru tidak membantu sama sekali.

Setelah sekian lama bergeming, Renjun akhirnya memutar tubuhnya ke arah Ryujin. "Kau sudah bangun?"

Bukannya menjawab, Ryujin justru balik bertanya. "Apa kau baik-baik saja?"

Renjun tersenyum miris. "Tidak, aku telah mati."

Ryujin mengernyit sedih sebelum akhirnya Renjun tersenyum padanya. "Kau lihat aku baik-baik saja, jangan khawatir."

Ryujin mengulum bibirnya cemas, tidak wajah itu bukan wajah seseorang yang baik-baik saja. Kantung mata Renjun tampak nyata di kulit putihnya. Senyum Renjun yang baru saja dia tampakan, tidak selebar biasanya. Ryujin rasanya ingin menangis melihat kekasihnya dalam kesulitan seperti ini.

"Kemarilah!" Seru Renjun pada Ryujin.

Ryujin menuruti perintah Renjun dan berdiri di depannya. Saat itu juga Renjun menarik pinggang Ryujin dan memeluk gadis itu, menenggelamkan wajahnya di perut gadisnya.

"Oppa!" Seru Ryujin.

"Sebentar lagi Ryujin-ah, bertahanlah denganku. Aku membutuhkanmu." Lirih Renjun. "Semuanya terasa lebih baik denganmu."

Ryujin menutup matanya kemudian mengelus rambut Renjun. "Tentu saja, aku akan bertahan bersama Oppa. Kita akan selalu bersama."

"Bertahanlah sebentar lagi Ryujin-ah. Aku akan membawa Jaemin dan Hyunjin kembali. Aku tidak akan membiarkan siapapun lagi mati. Aku berjanji kita akan kembali seperti semula. Maka bertahanlah di sisiku."

Ryujin mengangguk. "Aku mengerti, tapi berhenti menekan dirimu sendiri. Aku ada di sisimu. Aku ada di sini. Tidak ada satupun yang akan menyalahkanmu. Jangan menahan beban ini sendirian."

Mendengar wejangan yang dikatakan Ryujin, hati Renjun meleleh begitu saja. Rasa angkuh bahwa hatinya baik-baik saja telah dihancurkan oleh kata-kata Ryujin. Renjun menangis dalam diam, dalam pelukan Ryujin. Benteng Renjun telah hancur, inilah keadaan Renjun yang sebnar-benarnya.

Mau disembunyikan juga percuma, karena Ryujin selalu bisa mematahkan pertahanan Renjun.

Ryujin meraih wajah Renjun dan menariknya untuk mendongakan wajahnya ke atas. Ryujin bisa lihat, kehancuran di wajah Renjun. Mata pemuda itu basah terbanjiri air mata.

"Aku lebih suka bila kau begini, jujur kepadaku." Ucap Ryujin kemudian tersenyum.

"Maaf kau lagi-lagi melihatku dalam keadaan seperti ini." Lirih Renjun sembari memegang salah satu tangan Ryujin di pipinya.

"Kita lewati ini bersama. Jangan menahannya sendiri." Ryujin mengusap kepala Renjun kemudian mencium kening Renjun cukup lama.

"Aku mencintaimu." Ucap Ryujin yang dibalas kebisuan oleh Renjun yang melanjutkan tangisnya di dalam pelukan Ryujin.

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang