49. Soul

1K 163 90
                                    

02.30.K.S.T.

Suara deritan kayu terdengar menemani tiap langkah kaki penghuni termuda di rumah ini. Gadis bermarga Shin yang satu itu terbangun dari mimpinya. Walau memang sebaiknya dia terbangun, karena mimpinya malam ini tidak begitu baik. Awalnya dia ingin mengadu pada Lia, namun Lia tidak bisa dibangunkan, sepertinya dia sangat lelah. Yuna tahu tentang Lia yang melakukan latihan tambahan bersama dengan Jaemin dan Bangchan, itulah kenapa Yuna membiarkan Lia tidur dengan tenang. Sedangkan Ryujin saat ini masih menemani Chaeryeong di ruang medis bersama Taehyun, Yuna tidak mungkin mengadu pada Ryujin. Dia yakin, Ryujin sudah cukup lelah untuk mendengar aduannya terkait mimpi buruknya.

Itulah kenapa Yuna memilih untuk mengganggu tidur seseorang yang hari ini tidak melakukan apapun selain berbaring di kasur seharian. Siapa lagi kalau bukan Park Jisung? Karena pemuda itu tidak tahan terhadap suhu dingin, itulah kenapa Jisung tidak mau beranjak dari kasur. Apalagi melepaskan selimut tebalnya bahkan saat sedang makan.

"Eh?" Yuna terkejut ketika Jisung ternyata tidak sendirian.

Di kasur milik Felix, tertidur seorang pemuda paling tua diantara lainnya. Siapa lagi kalau bukan Bangchan? Yuna pikir, Jisung akan tidur sendirian hari ini. Ternyata Bangchan menemaninya?

Dasar bayi besar. - Yuna.

Yuna masuk ke kamar Jisung dan berjalan perlahan ke kasur pemuda itu. Yuna berjongkok di samping kasur Jisung, lalu mengulurkan jari telunjuknya untuk mencolek-colek pipi Jisung. Dia tidak mau sampai membangunkan Bangchan, karena dia yakin Bangchan sudah sangat lelah atas aktivitasnya sebagai pemimpin di rumah ini.

"Oppa!" Bisik Yuna.

Bukannya bangun, Jisung mengibaskan tangannya di pipinya sendiri bermaksud untuk menyingkirkan tangan Yuna. Gadis Shin itu menggembungkan pipinya sebal. Karena tidak mempan dia mengganti caranya dengan sedikit menepuk-nepuk pipi Jisung.

"Oppa, bangun!" Bisik Yuna sekali lagi.

Jisung membuka matanya sedikit dan itu membuat Yuna sedikit tersenyum senang. Namun senyum Yuna luntur ketika Jisung mengubah posisi tidurnya membelakangi Yuna.

Merasa kesal karena diacuhkan, Yuna berganti menggoyang bahu Jisung secara brutal. Hingga Jisung menggerang marah dan berbalik badan dengan wajah jengkel sambil menghentakan kaki dan tangannya. Yuna tersentak kaget hingga dirinya mundur selangkah. Pasalnya Jisung bertingkah seperti raksasa yang akan mengamuk. Pemuda yang baru saja membuat Yuna kaget itu, bangkit dan langsung menatap Yuna kesal.

"Apa sih?!" Tanya Jisung sewot.

Yuna terkejut ketika Jisung menatapnya tajam seperti itu, ditambah nada Jisung yang terdengar tinggi seperti membentaknya membuat bibir Yuna bergetar.

"Aku, mimpi buruk." Cicit Yuna dengan suara bergetar.

Namun karena Jisung menunjukan wajah galak dan jengkel, Yuna jadi merasa kalau Jisung tidak mau menerima keberadaannya. Hatinya sudah terlanjur rapuh, Yuna akhirnya menangis lalu bangkit dan berjalan pelan ke arah pintu untuk pergi dari kamar Jisung.

Merasa bersalah karena telah menyakiti Yuna, Jisung mengusak rambutnya kasar dan langsung bangkit, menahan tangan Yuna yang ingin memutar kenop pintu.

"Aku akan mendengarkanmu, kemarilah!"

Yuna menggeleng namun enggan untuk membalikan badannya. Jawaban Yuna menunjukan sekali kalau dia sudah terlanjur tidak mempercayai Jisung, dan hal itu membuat Jisung menghela nafas berat.

"Aku minta maaf, hanya saja tubuhku masih tidak dalam kondisi yang baik. Aku tidak sadar akan apa yang aku lakukan. Kemarilah, aku akan mendengarkan mu."

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang