(Season 2) 62. Sorry

793 138 81
                                        

As always, update malem-malem :3

Dari sini klik dulu bintangnya yok.

Happy reading
















08.00.K.S.T.

Somewhere in Seoul city

Tepat saat matahari mulai menunjukan kemilau jingganya, rintikan salju turun menghujani kota Seoul yang menjelma menjadi kota mati. Tidak terdeteksi adanya kehidupan di kota yang dulunya dibangga-banggakan tiap orang sebagai tempat impian mereka untuk tinggal.

Siapa yang tidak mau tinggal di kota indah ini? Para pecinta boyband dan girlband korea di manca negara pasti pernah barang sekali bermimpi untuk menikah dengan bias mereka dan tinggal di kota estetik bernamakan Seoul.

Namun, jika keadaannya seperti ini apakah masih ada orang yang mau tinggal di sana?

Mungkin pertanyaan itu sudah menjadi pertanyaan mutlak jika membicarakan keadaan Seoul saat ini. Media manca negara bahkan berlomba-lomba untuk menghapus citra indah Seoul. Karena memang begitu keadaannya, Seoul jauh dari kata indah jika dilihat keadaannya sekarang. Banyak orang menyayangkan akan pandemi yang terjadi saat ini. Namun, karena permainan media orang awam hanya tahu bahwa Seoul terkena wabah penyakit mematikan yang tidak ada obatnya.

Padahal di balik gambar yang termuat di berita, ada permainan kesadaran yang dilakukan seorang Pria Lee. Mereka juga tidak menyadari bahwa Virus yang mereka harapkan tidak sampai ke negara mereka, sudah tersebar begitu luas di area pemerintahan. Negara tempat mereka berada sejatinya tidak jauh beda dengan Korea Selatan 3 bulan yang lalu. Hanya tinggal menunggu waktu bagi virus itu menyebar sampai ke penduduk. Dan saat itulah, kekuasaan Donghae akan berada pada puncaknya.

"Berhati-hatilah di jalan. Pastikan kau kembali dengan selamat."

Seorang wanita berumur 30an memeluk pemuda di depannya penuh kasih sayang. Pelukannya begitu erat, hingga tanpa sadar pemuda yang dia peluk merasa sesak di pelukannya.

"Mommy, aku sesak. Kau memelukku berlebihan." Protes pemuda itu yang diketahui merupakan anak dari wanita yang saat ini tengah memeluknya erat.

Wanita itu mengernyit marah kemudian memukul pundak anaknya cukup keras. "Kau itu, apa kau tidak tahu Mommy sangat khawatir padamu? Mengertilah perasaan Mommymu saat ini."

Meski terlihat kesal, wanita itu tetap menunjukan gestur yang menyiratkan rasa sayangnya terhadap pemuda ini. Tangannya terangkat, meraih rambut anaknya dan mengelusnya pelan. Raut wajah wanita itu terlihat begitu tidak enak. Tersirat jelas ketidak setujuannya terhadap keberangkatan anaknya.

Berat bagi seorang ibu untuk membiarkan anak satu-satunya pergi keluar dari area amannya saat ini, dimana di luar sana ratusan makhluk berbahaya berlabel M.O.O.N. tengah berpatroli mencari survivor untuk dibunuh secara membabi buta atas perintah majikannya. Namun, dirinya harus kuat hati melepas kepergian anaknya. Dia percaya, bahwa anaknya akan kembali dengan selamat bersama keponakannya yang saat ini tengah dia cari.

"Sudahlah Sayang, Junkyu kita bukan anak kecil lagi. Aku tahu kemampuan anakku, dan aku yakin Junkyu pasti bisa bertahan hidup dan kembali dengan selamat." Ucap pria di belakang wanita itu sembari merangkul pundak istrinya.

"Iya Mommy, jangan seperti ini. Aku pasti akan kembali dengan selamat, dan membawa Jisu kembali kepada kita." Pemuda yang diketahui bernama Junkyu meraih tangan Ibunya dan menangkupnya dengan kedua telapak tangannya.

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang