40. Jeno's Love

1.3K 185 70
                                    

5 menit setelah aksi heroik Yeji, luka memar di leher dan lecet di tangan gadis itu kini tengah diobati oleh Hyunjin, yang notabene adalah kakaknya sendiri. Selain memberikan pengobatan, Hyunjin juga memberikan kata-kata yang begitu berharga dan akan selalu diingat oleh Yeji. Bukan kata-kata yang mengapresiasi aksi heroik Yeji. Melainkan untuk menunjukkan kepedulian Hyunjin terhadap keselamatan Yeji. Well kurang lebih begitu sih.

"Itulah kenapa aku tidak memperbolehkan mu untuk ikut dalam misi ini. Kau itu sembrono, bodoh, ceroboh! Bagaimana jika tadi kami tidak sempat menyelamatkan mu hah?!"

Yeji memanyunkan bibirnya. Cih, jika saja bukan karena gadis tidak tahu terimakasih itu, Yeji mungkin tidak akan kena semprot Hyunjin sekarang. Melainkan segala pujian terhadap aksi heroiknya lah yang akan dia dengar. Sekarang, boro-boro mendapatkan pujian, lah wong aksi heroiknya aja fail kok. Sudah gagal, ditinggalin lagi sama orang yang ditolong. Sial sekali Yeji hari ini.

"Sudahlah Oppa, jangan berisik! Nanti para zombie dengar gima-AWW!"

Hyunjin menyetil dahi Yeji sampai siempunya dahi melejit kesakitan. "Diam kau! Aku masih belum selesai berbicara."

"Sudahlah Hyunjin-ah, ini juga salahku. Seharusnya, aku bisa menahannya."

"Tidak Jeno-ya, memang dianya saja yang bodoh! Lihat sekarang, kau yang terluka dan gadis itu malah pergi meninggalkan mu. Rasakan!"

"AWW!! Oppa, pelan-pelan ngobatinnya bisa tidak sih?!" Protes Yeji, pasalnya Hyunjin daritadi mengobati luka-lukanya dengan sangat kasar bahkan terkesan ditekan-tekan secara sengaja.

"Biar kau tahu rasa!" Balas Hyunjin.

Yeji mendecih lalu menepis tangan Hyunjin. "Kalau begitu tidak perlu mengobati aku!"

Yejipun pergi meninggalkan Hyunjin dan rekannya yang lain. Dalam hatinya, dia kesal atas sikap Hyunjin yang berlebihan. Memang sih, Yeji salah karena sembrono. Tapi, bukan berarti dia bisa berbuat kasar seperti itu padanya. Yeji kan tetap perempuan. Dia juga punya hati dan rasa sedih kalau terus-terusan diperlakukan kasar. Apalagi sama kakaknya sendiri.

"Heii!! Aku belum selesai berbicara! Kembali ke sini, lukamu masih harus ku sembuhkan! HEI! HWANG YEJI!"

Yeji tidak mau mendengarkan Hyunjin dan tetap melanjutkan jalannya. Pemuda Hwang itu hanya bisa menghela nafas. Dia sangat menyayangi Yeji. Tapi, Yeji selalu saja menempatkan dirinya dalam situasi berbahaya. Hyunjin selalu khawatir pada Yeji, dan Yeji yang tidak mau dianggap lemah. Itulah permasalahan utama diantara Hwang bersaudara.

"Biar aku saja." Jeno mengambil kotak obat dari tangan Hyunjin.

Hyunjin mengangguk terpaksa. "Tolong, nasihati dia agar dia mengerti Jeno-ya!"

Jeno hanya tersenyum menanggapi. Dia lalu pergi untuk menyusul Yeji. Selepas Jeno pergi, Yeonjun tersenyum memandang punggung Jeno. Entah apa penyebab senyum Yeonjun mengembang seperti itu. Yang jelas, terlihat bahwa dirinya mengharapkan kabar baik dari hubungan si gadis Hwang, dan pemuda Lee.

Jeno mencari ke segala tempat di lantai satu rumah tapi, tak kunjung menemukan dimana gadis yang sedang dia cari berada. Akhirnya, Jeno pergi ke lantai dua. Benar saja, Yeji ternyata sedang berdiri di balkon kamar atas. Dari sudut Jeno menatapnya, Yeji terlihat begitu cantik bersamaan dengan aktifnya alam sekitar. Cahaya mentari senja menerangi wajah Yeji tak lupa dengan angin yang menerpa wajahnya hingga beberapa rambut nakal gadis itu menggelitik pipi halusnya. Beberapa rintik salju mendarat di tangannya yang dia sengaja tengadahkan untuk menangkap benda putih itu. Merasa terganggu dengan rambut yang sedari tadi membuat pipinya gatal, Yeji menyibak rambutnya ke belakang hingga Jeno merasa mati saat itu juga. Coba pikirkan, bagaimana bisa dirinya tidak jatuh cinta pada gadis semempesona ini?

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang