2. Survivor

2.7K 398 39
                                    

Mereka sampai pada sebuah rumah besar tua di tengah hutan. Aneh, Yeji maupun Lia tidak pernah melihat rumah ini sebelumnya. Yah, walaupun sebenarnya mereka memang tidak pernah menyusuri hutan ini. Haecan yang berada paling depan mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya dan membuka gerbang yang menjulang tinggi di depan mereka. Yeji melirik ke segala arah. Rumah ini memang sangat besar. Walau sudah terlihat sedikit kusam. Rumah tua ini juga dikelilingi dengan pagar besi yang sudah dilapisi dengan kawat tajam setiap sisinya. Oh, Yeji juga melihat sedikit percikan di pagar besi itu. Apakah itu artinya pagar besi itu dialiri listrik? Sepertinya tempat ini dipersiapkan dengan baik.

"Ayo masuk!" Ajak Jeno pada Yeji yang masih bengong disampingnya.

Yeji yang melamun langsung tersadar dan mengangguk kemudian ikut masuk ke dalam rumah itu. Setelah mengunci kembali gerbangnya, Haecan menekan sebuah tombol dan gerbang itu langsung dialiri arus listrik. Yeji mengernyitkan dahinya. Sebenarnya siapa mereka? Kenapa mereka begitu mempersiapkan segala hal seolah sudah memperkirakan kejadian ini?

"Ikuti aku!" Ajak Jeno yang diangguki oleh Yeji.

Namun dia melihat Jaemin dan Chenle yang berjalan ke arah yang berbeda. Yeji langsung menahan lengan Jaemin dan Chenle yang membuat siempunya lengan menghentikan langkahnya.

"Mau kalian bawa kemana temanku?" Tanya Yeji menyelidik.

Chenle tersenyum kemudian melepaskan tangan Yeji dari lengannya.

"Tenang saja, temanmu akan aman bersama kami. Temanmu memang seorang imun. Tetapi, reaksi virus itu masih bekerja pada tubuhnya. Dia harus diobati terlebih dahulu. Kami akan membawanya ke teman kami yang mengerti cara mengobatinya." Jelas Chenle dengan sabar.

"Kalau begitu aku ikut dengan kalian." Ucap Yeji dengan tegas.

"Tidak bisa, kau harus ikut denganku. Aku akan membawamu ke ketua kami. Dan disana kau juga akan bertemu dengan orang-orang lain yang berhasil bertahan hidup. Lagipula, walau tidak terinfeksi kau harus disterilkan. Bersihkan tubuhmu dan obati dulu luka-lukamu." Jelas Jeno yang dibalas tatapan tidak suka dari Yeji.

"Sejak awal aku memang tidak mempercayai kalian." Sarkas Yeji dengan tatapan tajamnya mengarah ke Haecan.

Haecan mendengus sambil tertawa kecil. Gadis ini memang sangat tangguh dan keras kepala.

"Terserahlah, kau mempercayai kami atau tidak itu bukan urusan kami. Kami hanya berusaha untuk menyelamatkanmu. Jika kau tak mau percaya boleh saja. Kami akan kembali membuangmu di hutan bersama temanmu yang sedang sekarat melawan reaksi virus itu. Asal kau tahu, Liontend tadi bukanlah satu-satunya di hutan ini. Ada puluhan makhluk yang lebih mengerikan lagi dibanding makhluk tadi. Jika kau berpikir bisa bertahan hidup sendiri silahkan, tidak ada urusannya bagi kami." Tantang Haecan yang membuat Yeji menggeram kesal.

"Yasudah! Aku akan keluar dari sini!" Yeji langsung melangkah menuju gerbang tadi. Dia menekan tombol-tombol yang ada disamping gerbang untuk menghilangkan tegangan listrik di gerbang itu. Namun, entah kenapa semua tombol disitu tidak berfungsi.

"Dasar gadis keras kepala!" Jisung menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Percuma kau melakukannya nona! Tombol itu disertai finger print. Dan hanya akan berfungsi bila kami yang memencetnya."

"Kalau gitu cepat keluarkan aku dari sini!" Omel Yeji dengan galaknya.

Jeno tertawa melihat bagaimana konyolnya Yeji menantang dia dan teman-temannya. Memikirkan ego dan berani menantangnya untuk bertahan hidup sendiri. Gadis yang unik. Dia langsung menghampiri Yeji dan memasang borgol ke tangan Yeji dan ke tangannya.

"Hei!!! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan tanganku!!" Protes Yeji.

"Jaemin, cepat bawa dia ke Ryujin. Biar temannya aku yang urus." Titah Jeno yang diangguki oleh Jaemin.

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang