5. Try Hard to be a survivor

1.7K 304 32
                                    

Sudah sekitar 5 menit, Chaeryeong dan Taehyun saling menutup mulut. Chaeryeong yang diam dan tidak berniat buka suara dan Taehyun yang fokus mempersiapkan Handgun untuk mereka berlatih. Chaeryeong tahu, kalau Taehyun itu sangat dingin dan misterius. Tetapi, Chaeryeong tidak mengerti bagaimana laki-laki ini justru malah memilihnya dan menjadi tutor nya. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh laki-laki ini?

"Maaf!" Ditengah keheningan itu, Taehyun tiba-tiba membuka suara.

Chaeryeong yang merasa seperti mendengar suara Taehyun langsung menatap Taehyun tak mengerti. Pasalnya Taehyun mengeluarkan suara bak tikus bercicit. Sangat pelan hampir terdengar seperti bisikan. Chaeryeong bahkan merasa kalau dirinya salah dengar. Apakah benar Taehyun mengatakan maaf tadi?

Taehyun berbalik dan menatap Chaeryeong dalam-dalam.

"Maaf, atas semuanya yang telah aku lakukan." Lirih Taehyun masih dengan wajah tanpa ekspresinya.

Chaeryeong membisu. Tak tahu harus menjawab apa. Chaeryeong masih belum siap untuk menerima maaf dari Taehyun. Bukankah Chaeryeong sudah tidak memiliki dendam terhadap Taehyun?

Iya, dia memang sudah tidak punya dendam lagi, tetapi, dia masih belum bisa melupakan perbuatan Taehyun terhadap kakaknya. Dia butuh waktu untuk memaafkan Taehyun. Kematian kakaknya sudah terjadi. Dan tidak ada cara untuk menghidupkan kakaknya. Itu semua karena Taehyun. Jika saja Taehyun tidak sembrono dengan membunuh Chaeryeong, kalau perkataan Ryujin benar, maka bisa saja Chaeryeong menyelamatkan kakaknya dan mengembalikan kakaknya menjadi manusia kembali. Tapi, kini sudah tidak ada harapan lagi baginya untuk mengembalikan sang kakak.

"Tidak bisa memaafkanku ya?" Tanya Taehyun yang membuat Chaeryeong menundukkan kepalanya.

Taehyun tersenyum kecut. Rasa bersalah entah kenapa menyerangnya tiba-tiba. Kemarin, setelah Lia berbicara padanya, Taehyun jadi sangat kepikiran. Entah itu kepada Ryujin atau kepada Chaeryeong. Dia merasa bersalah kepada kedua perempuan itu. Sampaikan terimakasih pada Lia yang telah membuat seorang Taehyun jadi berani untuk menyampaikan rasa bersalahnya kepada Chaeryeong.

"Aku akan menunggu." Chaeryeong mengangkat wajahnya dan menatap Taehyun tidak mengerti. "Dan jangan berharap aku akan menyerah."

Chaeryeong menggigit bibir bawahnya. Perkataan Taehyun entah kenapa membuat hatinya gelisah. Gelisah karena dirinya takut akan mengecewakan Taehyun. Atau gelisah dirinya akan jatuh hati pada Taehyun.

"Nih!" Taehyun menyerahkan sebuah handgun kepada Chaeryeong.

Chaeryeong menerima handgun itu. Kemudian dia dan Taehyun berjalan ke arah tempat latihan menembak.

Chaeryeong mulai memasang posisi untuk menembak. Namun, Taehyun sedikit terkekeh yang membuat Chaeryeong bingung.

"Apa yang lucu?" Tanya Chaeryeong.

Taehyun tersenyum tipis lalu berjalan ke arah Chaeryeong. Dan Chaeryeong tidak tahu kenapa setiap langkah Taehyun mendekati dirinya, jantungnya berdetak semakin kencang.

Setelah sampai di depan Chaeryeong, Taehyun memakaikan Chaeryeong sebuah penutup telinga.

"Muridku ternyata ceroboh." Ucap Taehyun pelan.

Chaeryeong melepas penutup telinganya.

"Apa yang kau katakan?" Tanya Chaeryeong.

Taehyun menggeleng dan memegang pundak Chaeryeong untuk membenarkan posisi Chaeryeong. Dan tangan Taehyun yang menyentuhnya membuat Chaeryeong deg-degan tak menentu. Karena, sebelumnya Chaeryeong belum pernah sedekat ini dengan laki-laki. Dia bersekolah di SMA khusus perempuan dan dia tinggal hanya berdua bersama Kakaknya, Chaeyeon.

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang