7. peluru pertama

1.5K 263 12
                                    

08.00. KST

Pagi yang sangat buruk bagi Yeji. Baru saja dia membuka pintu, manusia menyebalkan penuh drama bernama Jeno sudah menyambutnya dengan senyum manis. Oh, jangan lupakan matanya yang menutup sempurna membentuk setengah lingkaran. Imut? Ya, Yeji tidak bisa menyangkalnya. Tetapi, moodnya sedang benar-benar tidak baik sehingga wajah imut Jeno terlihat seperti samsak di matanya.

"Selamat pagi!" Sapa Jeno ramah.

"Enyah kau!" Yeji jalan tertatih sambil bertumpu pada dinding di sampingnya.

Sejujurnya Jeno ingin terkekeh saat Yeji berkata kasar padanya. Tetapi, rasa geli di perutnya dikalahkan oleh rasa iba di hatinya. Melihat Yeji yang sedang dalam keadaan tidak baik membuat dirinya merasa sedikit kahsian pada Yeji. Memang sih, dia sepertinya terlalu berlebihan melatih Yeji. Tapi, itu juga untuk membiasakan tubuh Yeji. Karena sehabis ini, akan lebih banyak beban yang Yeji akan tanggung.

Seorang gadis lain keluar dari kamar itu. Jeno menoleh ke arah gadis di depannya.

"Pagi, Lia-Ssi!" Sapa Jeno dengan nada sedikit kikuk.

Pasalnya tampilan Lia 11/12 dengan Yeji membuat Jeno ragu untuk bercakap dengannya. Wajah suram, rambut diikat asal dan sedikit berantakan, badan lemas dan lesu, dan jangan lupakan tangannya yang terus memegang pinggangnya. Jeno jadi takut melihat wajah Lia yang terlihat judes seperti singa betina pms kelaparan di tengah Padang pasir luas dan penuh dengan badai juga terik matahari yang begitu panas. Jika saja Yeji dan Lia disatukan mungkin musnah sudah dirinya saat itu juga. Katakan selamat tinggal pada dunia untuk terakhir kalinya.

"Hmmm.. kenapa kau di sini? Yeji disana!" Lia menunjuk Yeji yang berada beberapa meter di sampingnya.

"Oh, emm, aku di perintahkan oleh_"

"Oleh Renjun untuk memanggilmu dan Yeji-Ssi yang terlambat." Belum sempat Jeno menyelesaikan omongannya, Jaemin tiba-tiba datang memotong omongan Jeno. "Yang lain sudah siap di lapangan. Kau bahkan tidak ikut sarapan. Itulah kenapa kami dititahkan untuk memanggil mu. Kenapa kau begitu lama?"

Lia menatap tajam Jaemin. Seharusnya dia tidak boleh bersikap kurang ajar pada Jaemin, secara Jaemin kan mentornya. Tapi, apa boleh buat, moodnya benar-benar tidak baik hari ini. Pinggang, tangan, kaki, seluruh tubuhnya benar-benar sakit. Terimakasih pada Jaemin yang telah membuatnya merasakan pengalaman menjadi seorang nenek-nenek.

"Tak penting kenapa. Tak perlu dibesar-besarkan, toh masih ada banyak waktu untuk kalian menyiksa kami." Lia melengos pergi dengan tertatih. Berbeda dengan Yeji, dirinya menguatkan diri untuk tidak menumpu pada dinding.

"Singa betina bertemu macan kelaparan. Hahh~ dasar perempuan." Jeno menepuk pundak Jaemin dan akhirnya mereka berdua mengekori Lia dan Yeji.

"Kau tidak mau ku bantu?" Tanya Jeno yang berjalan di belakang Yeji dan Lia.

"Tidak!" Ketus Yeji.

"Kau yakin?"

"Iya!"

"Kau tidak mau kupapah?"

"Tidak!"

"Kau yakin?"

"Ya!"

"Kau ingin ku gendong?"

"Tidak!"

"Kau yakin?"

"BERISIK! DIAMLAH!!"

Yeji sudah lelah dengan Jeno yang tidak ada berhentinya menganggu konsentrasi nya untuk berjalan :v Telinganya pengang mendengar semua pertanyaan yang jelas-jelas setipe dan sama jawabannya. Sudah cukup dengan tubuhnya yang seakan remuk, dia tidak ingin sampai kena darah tinggi akibat Jeno yang cerewet dan menyebalkan.

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang