10. Trust Me

1.3K 224 10
                                    

Chaeryeong dan Yuna mengendap-endap menuju ruang medis. Dengan Chaeryeong yang berjalan di depan dan Yuna yang berjalan di belakang sambil memastikan situasi di belakang. Takut kan kalau tiba-tiba ada yang mergokin mereka dari belakang.

Untung saja, Yeji bisa diandalkan. Karena, seluruh atensi orang-orang di dalam sudah terpusat pada Yeji. Yang sebenarnya pura-pura tersedak tapi malah tersedak beneran :') jadi, mudah bagi Chaeryeong dan Yuna untuk sampai ke ruang medis.

"Eh, Eonni apa pintunya di kunci?" Tanya Yuna.

Chaeryeong juga baru terpikirkan tentang hal itu. Dia kemudian memutar kenop pintunya perlahan dan voala pintunya ternyata tidak di kunci.

"Tidak dikunci. Ayo, cepat masuk!"

Akhirnya Chaeryeong dan Yuna berhasil sampai di ruang medis. Keduanya sempat bernafas lega karena tidak ketahuan sejauh ini. Mereka kemudian melihat sosok Lia yang sedang duduk di ranjang ruang medis. Ternyata, Lia sudah sadar. Dengan perasaan senang, Chaeryeong dan Yuna menghampiri Lia.

"Eonni! Kau sudah sadar?" Tanya Chaeryeong dengan senyum cerah.

"Eh, memangnya aku kenapa?" Tanya Lia sambil memegang kepalanya.

"Eonni tidak mengingat apapun?" Tanya Yuna yang dijawab gelengean oleh Lia.

"Yang terakhir kali kuingat, adalah segerombolan Makhluk datang menyerang. Setelah itu, ingatanku terputus." Jelas Lia yang mencoba untuk mengakses ingatannya kembali. "Eh, tanganku kenapa?"

Yuna dan Chaeryeong saling bertukar pandangan. Mereka juga bingung dengan kondisi Lia. Karena, mereka tidak tahu pasti kejadiannya.

"Tadi, Lino-Ssi bilang kalau kau menyerahkan dirimu pada zombie."

Lia menaikan alisnya tak percaya. Perasaan dia tidak pernah mendekati zombie. Sekali lagi, Lia berusaha keras untuk mengakses ingatannya.

"Oh, aku ingat!" Pekik Lia. "Tadi, aku mendengar suara aneh. Itu seperti, seorang zombie sedang bertelepati padaku."

"Eonni bisa bertelepati? Daebak!"

Chaeryeong mencubit Yuna pelan saking gemasnya. Bukan waktu yang tepat untuk menunjukkan kepolosannya. Yuna yang dicubit hanya cemberut dan mengusap lengannya.

"Apa yang dia katakan Eonni?" Tanya Chaeryeong.

"Aku tidak ingat. Yang ku ingat, dia terus menyebut namaku." Kata Lia terbata-bata.

Chaeryeong diam memikirkan penjelasan Lia. Kalau memang benar zombie itu bisa bertelepati, berarti ada kemungkinan otak mereka bisa berfungsi bukan? Tapi, yang Chaeryeong tahu, otak seorang zombie kan sudah di kendalikan 100% oleh orang yang menciptakan virus ini. Kalau zombie tadi benar-benar bisa bertelepati sih, itu artinya otak mereka masih berfungsi karena dia bisa berbicara walau secara batin.

"Tapi Eonni tidak apa-apa kan? Bagaimana keadaan Eonni sekarang?"

"Aku sudah lebih baik Yuna-Ya. Hanya, tanganku saja yang masih terasa nyeri. Apa segitu parahnya luka di tanganku?" Lia mengusap tangannya yang diperban.

"Iya Eonni, tadi sih darahnya banyak sekali sampai aku linu melihatnya." Yuna bergidik ngerti membayangkan luka Lia.

"Lalu apa yang kalian lakukan di sini? Bukankah, hanya orang sakit dan Aquila guard saja yang boleh memasuki ruangan ini?" Tanya Lia.

"Kami khawatir padamu Eonni."

Chaeryeong mengangguk membenarkan perkataan Yuna.

"Ini semua sebenarnya ide Yeji Eonni. Dia sedang mengalihkan perhatian di dalam sana. Sedangkan kami mengendap-endap ke sini. Untung saja berhasil." Jelas Chaeryeong.

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang