Braakk!!
Suara pintu yang dibanting menganggetkan Yuna yang sedang menyapu di ruang tengah. Suaranya begitu keras hingga menimbulkan tanda tanya di benak gadis Shin itu.
"Siapa yang membuka pintu sekeras itu?" Tanya Yuna, bermonolog.
Karena penasaran, Yuna pergi ke pintu depan untuk mengecek apa yang terjadi. Tidak lupa dia membawa sapu ijuknya sebagai senjata untuk berjaga-jaga bila ternyata yang membuka pintu adalah orang jahat atau zombie.
Tapi nyatanya, imaginasi Yuna tidak sebanding dengan kenyataan. Karena, ternyata yang membuka pintu bukanlah orang jahat atau Zombie. Melainkan sesuatu yang lebih buruk dari orang jahat, maupun zombie seseram apapun. Yaitu sesosok gadis berkulit putih pucat yang tengah bersandar di sisi pintu. Lalu apa yang salah dengan itu? Bukan tentang siapa sosok yang membuka pintu, tetapi keadaan gadis itu sungguh buruk sampai Yuna refleks menjatuhkan sapu di tangannya hingga menimbulkan bunyi dramatis dan adegan yang biasa diberi efek slow motion dalam drama.
"Chaeryeong-Eonni!" Teriak Yuna dan berlari menghampiri Chaeryeong.
Tepat saat Yuna sampai di hadapannya, Chaeryeong langsung ambruk dalam pelukan Yuna. Karena tubuh Chaeryeong cukup berat, Yuna juga ikut terjatuh tanpa melepaskan pelukannya pada tubuh Chaeryeong yang sudah bersimbah darah. Dengan hati-hati, Yuna membaringkan Chaeryeong di lantai lalu memeluknya erat.
Gadis Shin itu panik dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Tangannya bergetar hebat, pun jantungnya yang berdebar begitu kencang. Yuna bingung, apa yang harus dia lakukan dengan pisau yang menancap di perut Chaeryeong. Jangankan berbuat sesuatu, mengatur nafas saja Yuna sudah tidak bisa. Dia sangat syok akan apa yang terjadi. Yang bisa dia lakukan hanya memeluk Chaeryeong dan menangis sejadinya.
"Eonni, bertahanlah.. Tolongggg!! Siapapunnn! Eonni, bertahanlah.. TOLONGGG!! SIAPAPUN, AKU MOHON, CHENLE-OPPA, RYUJIN-EONNI! TOLONG KAMIII!" Yuna berteriak kepada siapapun yang ada di dalam rumah. Hanya itulah yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan Chaeryeong saat ini.
Di tengah-tengah teriakan pilu Yuna, Chaeryeong meraih tangan si gadis Shin yang bergetar hebat. Siempunya tangan menoleh dan menatap wajah Chaeryeong yang juga sudah dibanjiri oleh air mata. Chaeryeong menggenggam tangan Yuna sangat erat dengan kedua tangannya seolah memberi sinyal pada Yuna bahwa mungkin inilah saat terakhirnya di dunia. Dia tidak tahu, apakah dia akan selamat atau tidak. Semua ini adalah bentuk dari pengorbanannya untuk teman-temannya yang sangat dia sayangi.
"Y, Yuna-Ya.." Lirih Chaeryeong.
Yuna menggeleng. "Tidak Eonni, jangan berbicara dulu. Jangan katakan apapun, kau akan segera baik-baik saja. AKU MOHON, SIAPAPUN TOLONG KAMIII!!"
"De, dengar Yuna-Ya.."
Yuna menggeleng, dia tidak kuat untuk mendengarkan Chaeryeong. Dia takut bahwa apa yang akan dikatakan oleh Chaeryeong adalah kata-kata terakhirnya dan Yuna tidak mau Chaeryeong tiada. Yuna menggeleng kuat, dia tidak akan membiarkan Chaeryeong mati meski ini takdir tuhan. Yuna harus berbuat sesuatu, persetan dengan ketentuan takdir. Yuna tidak akan membiarkan temannya akan mati sia-sia seperti ini.
"Eonni, bertahan sebentar! Aku akan mengangkatmu! Kau akan selamat Eonni, kau akan selamat." Ucap Yuna lalu ancang-ancang untuk mengangkat Chaeryeong.
"ARGHHHHH!!! AKHH!"
Sayang, tubuh Chaeryeong terlalu berat untuk Yuna yang terbilang kurus. Dia kembali terjatuh sebelum sempat berdiri sempurna. Yuna mengatur nafasnya, dia tidak akan menyerah. Dia harus membawa Chaeryeong ke ruang medis. Dia harus bisa menyelamatkan Chaeryeong. Yuna tidak akan membiarkan Chaeryeong mati. Yuna harus bisa, Yuna harus kuat!
KAMU SEDANG MEMBACA
No More Home
Fiksi PenggemarPercayakah kalian bahwa otak manusia memiliki kemampuan yang lebih dari hanya sekedar mengingat dan memberi sinyal ke tubuh? Beberapa orang memiliki otak yang dapat menolak Virus dan menjadikan diri kebal terhadap virus. Mereka disebut imun. Sebuah...