34. Madness

1K 171 139
                                    

13.00.K.S.T

Renjun berjalan di lorong bersama dengan Ryujin di sampingnya. Mengingat kaki Ryujin masih cedera, Renjun berjalan dengan sangat pelan dan hati-hati. Tidak lupa, tangan pemuda itu memegang pinggang dan tangannya yang satu lagi menggenggam tangan Ryujin untuk membantunya menyeimbangkan tubuhnya.

"Seharusnya kau tadi ku gendong saja." Omel Renjun.

Ryujin terkekeh. "Aku sudah tidak apa-apa. Lagipula, akukan berat. Aku tidak mau merepotkan mu."

"Kau tidak lebih berat dari machine gun Ryujin. Apa kau meremehkan aku sebagai seorang mantan tentara elit?"

Ryujin mengulum senyumnya. Bukannya terganggu akan cerewet nya Renjun, Ryujin malah merasa senang. Karena, kalau Renjun sudah cerewet dan judes begini, artinya Renjun telah benar-benar melupakan pertengkaran mereka kemarin.

"Habis, tubuhmu sangat kecil. Siapapun tidak akan mengira kau seorang tentara. Kau dengan Yuna saja hampir setara." Ledek Ryujin yang langsung dapat cubitan di pinggang oleh Renjun.

"Aww! Oppa, sakit!" Pekik Ryujin.

"Apa tingkat rasa sakit cubitanku cukup untuk menjadi bukti bahwa aku seorang tentara elit?"

Ryujin menggeleng. "Cubitan Jisung lebih sakit dari ini."

Renjun yang tahu kalau Ryujin sedang mempermainkan nya pun jengkel. Dia kemudian mencubiti pipi dan pinggang Ryujin seolah lupa kalau kaki gadis itu sedang terluka. Tapi, Ryujin justru malah tertawa lepas hingga menggema di lorong itu. Begitu pula dengan Renjun yang hanya tersenyum miring sambil terus mencubiti kekasihnya. Untung saja yang lain sedang latihan di lapangan. Coba kalau tidak, makin-makin julukan pasangan tidak tahu tempat akan tersemat di nama mereka.

"Oppa, hahaha! Hentikan. Aww! Aww! Sudah. Ahahaha."

"Rasakan! Minta ampun dulu padaku." Bukannya berhenti, Renjun malah semakin mencubiti Ryujin.

Saking rusuhnya mereka, sampai tak sengaja kaki Ryujin tersenggol kaki Renjun. Hingga gadis itu memekik kesakitan dan tak mampu untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.

Melihat Ryujin akan jatuh, Renjun menarik tangan Ryujin. Sayang, dia malah ikut kehilangan keseimbangan sampai dia terjatuh bersama Ryujin. Untung saja dia sempat menggunakan tangannya sebagai pelindung kepala belakang Ryujin agar tidak terbentur lantai. Tapi karena itulah, posisi mereka sangat ambigu. Dengan Ryujin yang terlentang di lantai dan Renjun yang berada di atasnya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Renjun pada Ryujin.

Baru Ryujin membuka matanya, dia langsung menutupnya kembali. Bagaimana tidak, wajah mereka sangat-sangat dekat sampai hidung mereka saling bersentuhan. Wajah Ryujin pun merona beriringan dengan detak jantungnya yang bergemuruh. Ryujin tak bisa mengatakan apa-apa. Bahkan dia menahan nafasnya saking salah tingkahnya. Dan bodohnya, Renjun tidak menangkap tingkah aneh Ryujin dan tetap bertahan pada posisinya.

"Hei, kau kenapa?" Tanya Renjun.

Ryujin menggeleng dan menepuk-nepuk dada Renjun. Entah hari ini Renjun sedang lemot atau bagaimana. Dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang Ryujin coba katakan. Bahkan, saat nafas Ryujin hampir habis pun dia belum juga sadar akan posisi nya yang terlalu ambigu.

"Apa sih?"

OKSIGENN!! HELP😣😣😣 - Ryujin.

"Oppa!"

Untung saja ada seseorang yang datang sehingga Renjun menoleh dan Ryujin akhirnya bisa bernafas lega. Coba saja kalau orang itu tidak datang. Mungkin Ryujin sudah kehabisan nafas.

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang