(Season 2) 56. Yuna

927 129 68
                                    

07.15.K.S.T

Renjun mengurut frustasi keningnya. Menjadi pemimpin di rumah ini ternyata sangat menguras tenaga dan pikiran. Rasa-rasanya rambut Renjun akan rontok kalau terus-terusan begini.

Belum selesai masalah pagar yang rusak, kali ini CCTV jalanan entah kenapa rusak semua. Hanya terlihat layar hitam di monitor komputer Renjun. Jika seperti ini bagaimana caranya Renjun bisa mengawasi kota kalau monitornya saja sudah seperti isi pikiran Haecan. Kosong semua.

"Pagi-pagi sudah nambah masalah baru. Rasa-rasanya musibah seperti sedang mengeroyokku dari segala arah." Renjun menyandarkan kepalanya ke punggung kursi. "Wahai semesta, apakah benar-benar tidak ada belas kasihan untukku?"

Renjun mendecih di dalam hati. Apakah sekarang dia akan menjadi pengemis di depan dunia tipu-tipu ini? Padahal menurutnya wajah dia terlalu tampan untuk menjadi gembel semesta.

Bener sih.

Tok! Tok! Tok!

Renjun memutar kepalanya ke arah pintu. "Masuk!"

Untung saja yang datang dari pintu itu adalah Ryujin. Setidaknya segala keasaman dunia akan menjadi manis bila bersamanya.

Memang benar, tidak ada yang bisa mengalahkan Ryujin di hati Huang Renjun.

"Kau sudah bangun?" Tanya Renjun.

Ryujin tidak menjawab pertanyaan Renjun. Gerak-gerik gadis itu sedikit membuat Renjun curiga. Dia menaruh kedua tangannya di belakang sambil senyum-senyum manja ke arah Renjun. Sambil berjalan ke arah Renjun, Ryujin mempertahankan senyuman dan wajah terselubungnya.

Renjun bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Kesambet apa kekasihnya hari ini?

"Kau kenapa tersenyum seperti itu?" Tanya Renjun.

"Memangnya tidak boleh?" Tanya Ryujin.

"Boleh, tapi kalau tiba-tiba aku menciummu, jangan salahkan aku ya."

Wajah Ryujin berubah masam. Dasar lelaki, sekali nyosor jadi keterusan.

Meski wajahnya sempat berubah, tak lama kemudian Ryujin kembali memasang wajah mesem-mesem. Sambil menggigit bibir bawahnya, Ryujin mengeluarkan barang yang dari tadi dia sembunyikan di belakang tubuhnya.

"Tadaaaa!" Ryujin ternyata mengeluarkan sebuah dream cather mini berwarna biru dan berhiaskan sedotan berbentuk bintang. "Selamat ulang tahun Oppa!"

Renjun sempat terdiam, melihat benda di tangan Ryujin. Setelahnya, pemuda itu tersenyum lembut kepada Ryujin.

Dia lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Renjun terlalu sibuk melindungi semua orang, sampai lupa bahwa hari ini adalah hari kelahirannya.

"Terimakasih, Ryujin-Ah!"

Ryujin mengangguk lalu menarik kursi untuknya duduk. Setelah mendaratkan bokongnya Ryujin mengarahkan dreamcatcher di tangannya ke depan wajah Renjun.

"Aku tidak punya bahan untuk membuat kue. Juga tidak ada lilin yang bisa kau tiup. Jadi, anggap saja ini adalah pengganti lilin. Buatlah permohonan dan tiupkan di benda ini."

"Padahal kau tidak perlu repot-repot menyiapkan ini Ryujin-Ah. Kau masih bersamaku di umurku yang ke 20 tahun saja sudah lebih dari cukup untuk merayakannya."

Ryujin menggelengkan kepalanya. "Aku ingin yang terbaik untuk hari lahir kekasihku yang sudah berusaha menjadi pemimpin terbaik bagiku dan teman-temanku. Satu hari ini saja, hormati pencapaianmu dan buatlah permintaan."

Renjun terharu akan yang Ryujin katakan. Satu-satunya orang yang selalu ada di sisinya, yang mengetahui jatuh bangun, dan memahami baik atau buruk sifatnya adalah gadis di depannya ini. Tidak pernah Renjun kecewa atas apa yang Ryujin lakukan padanya. Sejauh ini, hadiah dari Ryujin adalah jimat terampuh untuk membuatnya bahagia walau hanya beberapa saat.

No More HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang