Part 29 : Brian Arega

10K 1.2K 622
                                    

Cek video-video visualisasi para tokoh Tafia's Tears di instragam aku, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cek video-video visualisasi para tokoh Tafia's Tears di instragam aku, ya. Jangan lupa follow.

Jangan marah-marah dong, sama kedatangan Brian. Emang kisah nyata Gavin sepedih itu. Biar makin greget ceritanya wkwk

Komment yang banyak, biar cepet next hehe...

Terimakasih buat tiktuk sama Nur Hikmah (ketua pasukan tersakiti) yang udah bikin video keren-keren para tokoh di cerita ini.

Bikin author tambah semangat buat nulis ceritanya.

Happy reading!
_______

Ini pertama kalinya Tafia diajak pulang barsama dengan Ririn. Gadis mungil yang rambutnya selalu digerai itu begitu senang sekali.

"Karena sekarang lo adalah bagian dari geng kita. Lo boleh pulang bareng kami," ucap Ririn saat mengajak Tafia pulang.

Siska, Selly, dan Ririn asyik membicarakan diskon besar-besaran di toko online. Sementara Tafia diam saja sambil mengamati jalan yang mereka lintasi.

Dahinya sedikit mengerut, karena Ririn membelokkan mobilnya ke jalur jalan yang bukan mengarah ke rumahnya. Hmm, mungkin ingin mengantarkan Selly dan Siska pulang dulu, batinnya.

Mobil Ririn tiba-tiba berhenti, di kawasan yang Tafia tidak pernah kunjungi. Maklum, ia hanya anak rumahan yang jarang keluar seperti gadis-gadis sebayanya.

"Taf, lo turun sini aja ya. Gue sama anak-anak mau ke mall dulu."

"Tapi aku nggak tahu ini dimana, Rin?" Tafia terlihat kebingungan.

"Naik angkot aja kan bisa, minta dianterin ke alamat rumah kita," jawab Ririn lagi.

"Iya, kalau lo ikut kami bakalan dimarahi sama bokap lo. Kami pulangnya malem."

"Tapi, Rin di sini nggak ada angkot lewat." Tafia mengerucutkan bibir.

"Ada, lo tunggu aja."

"Udah sana gih, lo cepetan turun. Kami buru-buru." Selly mendorong-dorong Tafia agar cepat turun.

Tafia hanya bisa menurut. Gadis berparas cantik itu keluar dari mobil dengan wajah murung.

"Da, Tafia!" pamit Ririn sebelum kembali melajukan mobilnya.

Tafia menatap kepergian mobil itu sambil meremas-remas seragam sekolahnya. Ia yakin kalau Ririn hanya berniat mengerjainya saja. Ucapan Def memang benar, mereka bukan orang yang baik untuk diajak berteman.

Gadis mungil itu merasa jenuh menunggu angkot lewat di pinggir jalan. Sepertinya tidak ada angkot yang beroperasi di sekitar sini. Karena kalah saing dengan taksi online.

TAFIA'S TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang