Comment yang banyak ya, biar makin semangat update hehe...
*****
Tafia langsung terbangun setelah indra penciumannya mencium aroma minyak kayu putih yang menyengat. Gadis itu menyipitkan mata sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.
"Bu, Ibu kakaknya udah bangun," teriak seorang gadis kecil yang berada di sebelah Tafia.
Tafia mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba mengembalikkan kesadarannya. Masih terbaring lemah di bawah tenda biru.
"Kamu sudah sadar, Nduk?" ucap seorang wanita paruh bayah, membawakan segelas air putih untuk Tafia.
Wajahnya tampak familiar. Seperti pernah bertemu. Ah iya Tafia akhirnya ingat, beliau adalah penjual ketoprak yang pernah menolong Tafia waktu itu.
"Aisya tadi nemuin kamu pingsan di tengah jalan. Bude langsung nyuruh warga yang berada di situ, gendong kamu ke sini."
"Makasih, Bude," jawab Tafia dengan suara serak. Gadis itu bangkit dari posisinya yang berbaring untuk duduk. Meminum segelas air putih yang disodorkan bude penjual ketoprak tersebut.
"Hmm, kamu pasti laper. Bude buatin kamu ketoprak dulu, ya. Kalau makan ketoprak buatan Bude pasti energinya langsung pulih, seger buger." Wanita paruh bayah yang memakai gamis lusuh berwarna cokelat itu tersenyum.
Tafia jadi merasa tidak enak, lagi-lagi dikasih ketoprak gratis. Ia tidak mungkin menolak dengan keadaan perutnya yang kelaparan seperti ini.
Tafia melirik ke arah gadis kecil berhijab merah yang sedari tadi menatapnya. Gadis kecil itu tersenyum, membuat Tafia juga ikut menyunggingkan seulas senyum.
"Makasih ya, Dek, udah nolongin kakak." Tafia menepuk-nepuk puncak kepala Aisya.
Menurut Tafia, gadis kecil ini memiliki senyuman paling manis di dunia.
Tak lama kemudian ibunya Aisya sudah membawa sepiring ketoprak untuk Tafia.
"Ah, saya jadi nggak enak, Bude." Tafia merasa kikuk.
"Udah nggak usah dipikirin, yang penting perut kamu kenyang." Bude itu tersenyum.
"Mau es teh manis ya, Bude buatin," lanjut beliau, dengan penuh perhatian membuatkan minuman untuk Tafia.
Mata Tafia tampak berkaca-kaca. Terharu, karena masih ada orang baik di dunia ini.
"Cepat dimakan, kak," celetuk Aisya menggemaskan.
Tafia tidak sadar kalau sejak tadi gadis kecil itu masih ada di sebelahnya.
"Iya, Dek," angguk Tafia kemudian melahap ketoprak itu dengan rakus. Mulutnya sampai belepotan sambal.
Tafia memang jagonya makan. Apalagi ketika keadaan lapar seperti saat ini. Gadis itu mampu menghabiskan sepiring makanan dalam waktu sekejap.
"Kamu lapar banget, ya?" tebak Mundasri, nama bude itu, sambil membawakan es teh manis untuk Tafia.
Tafia buru-buru membersihkan mulutnya yang belepotan. Meraih es teh manis yang disodorkan Mundasri. Kemudian meneguknya dengan terburu-buru.
"Bude buatin lagi ya, Nduk."
"Eh, nggak usah Bude!" Tafia buru-buru mencekal lengan Mundasri. "Saya udah kenyang banget," ucapnya, walau sebenarnya perutnya masih sedikit lapar.
Meskipun kurus, Tafia itu makannya banyak. Ririn saja sampai jengkel melihat porsi makan Tafia.
"Yakin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFIA'S TEARS
Teen FictionHidup di tengah-tengah keluarga yang tidak menginginkan kehadirannya membuat Tafia merasa serba salah. Apalagi dia harus sekelas dengan saudara tiri yang kerap membully-nya. Sampai pada akhirnya tiga cowok badboy di sekolah menjadikan Tafia sebagai...