Budayakan vote untuk membaca ya!
Gadis mungil itu melangkah menyusuri koridor sekolah yang sedikit lenggang. Beberapa helai rambutnya terjatuh menutupi wajah. Seiring dengan langkah yang sedikit tergesa.
Memasuki sebuah kelas, gadis itu langsung disambut oleh seorang cowok urakan. Mengenakan jaket kebesaran salah satu geng elite di sekolahnya.
Gadis itu menggigit bibir, kemudian menunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas, sedikit ketakutan.
"Senyum dulu," ucap cowok itu sambil menyeringai lebar. "Kalau nggak mau senyum gue cium."
Seluruh murid yang ada di dalam kelas langsung memberi perhatian. Lantas berteriak. "Cium aja Def!"
"Cium!"
"Cium!"
"Cium!"
Teman-teman sekelasnya bersorak.
Gadis itu semakin merasa tidak nyaman. Mencoba melangkah melewati cowok tersebut, tapi tangan halusnya langsung dicekal dengan kasar.
"Lo duluan yang nyosor atau gue, nih?" tanya cowok urakan tersebut. Mendekatkan wajahnya.
Namun, gadis bernama Tafia itu semakin menunduk.
"Hey Tafia, tatap wajah gue, elah!"
Tidak ada respon.
"Weh, bener-bener nggak sopan lo di depan cowok ganteng nggak mau noleh!" Def menjambak rambut Tafia hingga mendongak ke atas.
Tafia meringis kesakitan. Mencoba menyingkirkan tangan Def yang menarik rambutnya. "A-ampun, Def!"
"Tatap wajah gue goblok!" Def mentoyor dahi gadis itu.
Fluh!
"Anjiir!" Spontan Def melepaskan cekalannya pada rambut Tafia, kemudian menyingkirkan permen karet yang menempel di pipinya dengan wajah jijik.
Rupanya seorang cowok yang baru saja masuk kelas, meludahkan permen karet yang ia kunyah ke wajah Def.
Cowok yang meludahi Def tersebut tersenyum tengil. Membuat Def tersulut emosi dan langsung mengejarnya. "Kurang ajar lo, Vin!"
Tafia menghela napas lega. Karena akhirnya perhatian Def beralih ke murid lain. Gadis itu langsung melangkah menuju ke bangkunya.
Salah satu siswi menarik kursi Tafia ke belakang. Sebelum gadis itu menjatuhkan bokongnya. Hingga akhirnya ia terjerembab ke lantai. Murid-murid seantero kelas langsung terbahak.
"Haha goblok!" Seorang gadis bernama Ririn mentoyor kepalanya.
Bibir mungil Tafia bergetar. Menyorot wajah Ririn dengan tatapan memelas.
"Apa?! Nggak terima lo!"
Gadis itu beranjak dengan susah payah, mengibas-ibaskan roknya yang kotor. Kemudian menggeser kursi agar benar-benar bisa duduk.
"Mana buku tugas lo?" tanya Ririn galak.
Tafia mengerutkan dahi.
"Lo dengerin gue ngomong nggak sih?" Ririn memberikan tendangan ke paha Tafia hingga terdorong ke depan. Kemudian mengambil tas milik gadis itu dengan paksa.
"Rin!" desis Tafia dengan mata berkaca-kaca.
Ririn tidak peduli. Ia terus mengobrak-abrik tas Tafia untuk mencari buku PR gadis tersebut.
"Nah! Kayaknya lucu juga kalau lo dihukum karena nggak bawa buku tugas dari Bu Sugi," ucap Ririn setelah menemukan buku tugas Tafia.
"Jangan, Rin!" cicit Tafia gusar. Mencekal lengan Ririn yang hendak kabur. "Aku mohon!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFIA'S TEARS
Teen FictionHidup di tengah-tengah keluarga yang tidak menginginkan kehadirannya membuat Tafia merasa serba salah. Apalagi dia harus sekelas dengan saudara tiri yang kerap membully-nya. Sampai pada akhirnya tiga cowok badboy di sekolah menjadikan Tafia sebagai...