Part 15 : Berani Bahagia

15.4K 1.7K 606
                                    

Jangan lupa rekomendasiin cerita ini ke teman-teman kalian, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa rekomendasiin cerita ini ke teman-teman kalian, ya. Ajak teman-teman kalian buat ikut baca hehe...

500 komentar baru next wkwk

_______________

Tafia sama sekali tidak merasa nyaman, ketika dekat-dekat dengan Def. Sebaik apapun Def beberapa hari belakangan ini, tidak akan pernah menutupi dosa besar cowok tersebut sepanjang dua tahun kemarin.

Kini, Def kembali melakukan hal yang tidak disangka-sangka. Cowok itu bertamu ke rumahnya sepulang sekolah. Kenapa bukan Gavin aja sih yang datang, Tafia mendengkus dalam hati.

Gadis itu awalnya menolak, tapi Ririn masuk ke kamarnya dan menyeret dirinya keluar dengan kasar. "Cepetan bego, Def nungguin lo!"

Def yang sedang mengamati foto-foto keluarga yang terpajang di ruang tamu langsung menoleh saat Ririn muncul sambil menarik kaos putih Tafia hingga terkoyak. "Nih, Def, anaknya baru bangun tidur," ucap Ririn berbohong. Padahal sejak tadi Tafia menolak tidak ingin bertemu dengan Def. "Anaknya memang malesan kayak gini."

Tafia duduk di sofa sambil menunduk. Diikuti Ririn di sebelahnya.

Def tersenyum kemudian kembali menoleh ke arah deretan foto yang terpajang di dinding. "Kok, foto Tafia nggak ada?" tanyanya.

"Tafia lebih suka fotonya dipajang di toilet," jawab Ririn sewot.

Def terkekeh, kemudian menatap Tafia yang tertunduk sambil meremas-remas jari jemarinya. "Gue mau ngajak lo jalan-jalan."

Tafia terperangah mendengar ajakan Def. Ririn mentoyor kepalanya dari belakang. "Tuh diajakin!"

"Mau, kan, Taf?" tanya Def penuh harap.

"Boleh banget, Def. Sering-sering ajakin keluar, gih, biar dia tahu dunia luar."

Tafia menoleh ke arah Ririn sambil terbelalak. Apa mereka berdua bersekongkol? Padahal Ririn jelas sudah tahu kalau Tafia dilarang keluar tanpa seizin orangtua. Pasalnya Ririn sering memfitnah dirinya suka bergaul dengan teman-teman yang tidak jelas ketika keluar dari rumah.

"Gue nanya ke Tafia."

Ririn mencubit paha Tafia agar gadis itu menerima tawaran Def. "Ah, iya," jawab Tafia dengan suara serak. Ririn tersenyum puas.

Tafia yakin, kalau Ririn dan Def bersekongkol untuk mencelakakannya. Tafia pasti kena marah kalau papanya pulang dan dirinya tidak ada di rumah.

"A ... aku ganti baju dulu." Tafia beranjak dari duduk. Namun, Ririn buru-buru mencengkram tangannya.

"Nggak usah, gini aja udah cantik, kok." Ririn melotot ke arah Tafia, kemudian langsung tersenyum setelah pandangannya beralih ke arah Def. "Bener, kan, Def?"

TAFIA'S TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang