Comment sebanyak-banyaknya kalau pengen next
Part ini menguras emosi banget. Jangan lupa siapin tissue wkwk
***
Gavin dan Tafia sudah berada di sebuah taman di pusat kota. Keduanya duduk sambil menikmati ice cream yang mereka beli di mini market.
"Kamu bilang gimana sama mamamu kok bisa diizinin keluar?" tanya Gavin di sela-sela jilatannya.
"Aku bilang mau jalan sama Brian," jawab Tafia sambil nyengir kuda. Gadis imut itu mengenakan gamis berwarna mocca dengan atasan hijab phasmina berwarna abu-abu. Tampak begitu manis dan anggun.
Gavin tertunduk lesu. Mungkin, jika mama Ria tau Tafia pegi untuk bertemu dengannya pasti wanita paruh bayah itu tidak akan mengizinkan.
"Gavin, kalau kamu jadi pesulap. Kamu pengen merubah aku jadi apa?" tanya Tafia mencari topik perbincangan yang asyik.
"Hmm." Gavin tampak berpikir.
"Apa?"
"Aku pengen ngerubah kamu jadi ratu dunia."
Iris mata Tafia langsung berbinar. "Weh, berarti aku jadi miss word dong, atau jadi miss Universe?"
Gavin tersenyum sambil menepuk-nepuk puncak kerudung Tafia. "Aku pernah dengar ceramahnya Habib Rizieq. Ratu dunia itu bukan miss word, ratu dunia itu juga bukan miss universe. Ratu dunia itu adalah al mar'atus solehah. Karena dunia ini adalah perhiasaan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah perempuan yang solehah."
"Ha?" Mulut Tafia menganga lebar.
"Aku ingin menjagamu sebagai ratu duniaku. Bukan untuk dipamerkan, bukan untuk diperlombakan, tapi untuk mencari ridho Allah S.W.T." Gavin membelai puncak kepala Tafia dari atas lalu berhenti ke pipi dan membenarkan hijabnya.
Tafia menelan ludahnya dengan susah payah. "A ... amiin."
***
"Gavin asyik banget lho, kamu nggak pengen nyobain?" teriak Tafia yang sedang bermain sepeda gantung di taman wisata Puncak Mas, yang terletak di wilayah Tanjung Karang Barat.
Gavin yang mengamati Tafia dari atas rumah pohon melemparkan seulas senyum. Rambut tebalnya terurai tertiup angin, rasanya bahagia sekali melihat gadis yang sangat ia cintai begitu ceria menikmati hidup.
Namun, sesaat kemudian. Senyuman cowok itu langsung memudar ketika mengingat sesuatu. Tidak akan selamanya ia bisa menemani gadis manis itu. Tidak akan selamanya ia bisa menjaganya, dan tidak akan selamanya ia bisa melihat senyuman manis itu. Tidak ada yang abadi di dunia ini.
"Andai aku bisa menghentikan waktu, tidak akan pernah aku sia-siakan hari-hari bahagia denganmu," lirih Gavin sambil tersenyum getir.
Tafia sudah turun dari wahana tersebut. Kemudian buru-buru menghampiri Gavin yang berada di atas rumah pohon. Bibirnya tak henti-hentinya menampikan seulas senyum.
"Huh, capek!" desis Tafia setelah menaikki tangga-tangga rumah pohon, sambil menyeka peluh di dahinya.
Gavin tersenyum, lalu membalik tubuhnya. Menatap ke arah hamparan pegunungan yang terlihat menakjubkan di depan sana. Puncak Mas adalah dataran tertinggi di Lampung. Pengunjung bisa melihat seluruh penjuru kota Lampung dari tempat itu.
"Anugerah yang diberikan Tuhan," ucap Tafia berdiri di samping Gavin dengan kedua tangan yang bertumpu pada pagar rumah pohon. "Indah, ya?"
"Nggak akan seindah ini kalau lihatnya nggak sama kamu," goda Gavin yang membuat wajah Tafia langsung bersemu merah. Sementar tatapan cowok itu masih fokus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFIA'S TEARS
Novela JuvenilHidup di tengah-tengah keluarga yang tidak menginginkan kehadirannya membuat Tafia merasa serba salah. Apalagi dia harus sekelas dengan saudara tiri yang kerap membully-nya. Sampai pada akhirnya tiga cowok badboy di sekolah menjadikan Tafia sebagai...