Hai, udah lama nih pasti nggak ketemu sama Gavin dkk. Aku minta maaf ya, karena aku lagi miskin dompet. Jadi, cari uang dulu garap cerita lain yang berbaya.
Masih semangat kan? 🤣
500 komentar baru next hehe
***
Banyak anggota Alister yang menolak mentah-mentah rencana Rijal mendatangi markas para pengedar narkoba untuk menyelamatkan Raffa. Akhirnya Rijal, Rifki, dan Gavin nekat berangkat bertiga menuju alamat yang sudah diberikan oleh Aliqa.
"Sarang narkoba bukanlah tempat sembarangan, Jal. Mereka bukan lawan yang sepadan buat kita," ucap Rifki dengan wajah khawatir. Menatap gedung tua di depan sana. "Lebih baik kita serahkan masalah ini pada polisi," ucap Rifki.
"Polisi terlalu lelet, Raffa bisa terbunuh jika kita telat menyelamatkannya," sahut Rijal panik.
"Bisa-bisa kita semua yang mati, Jal."
Rijal memijat-mijat keningnya pening. Sementara Rifki melirik ke arah Gavin yang terdiam menatap bangunan tua itu dengan tatapan datar.
"Tolol!"
Ketiga cowok tampan itu langsung menoleh secara serempak setelah mendengar suara yang menyahuti.
Gavin menelan ludahnya dengan susah payah. Melihat si empunya suara sedang bersender pada pagar tembok yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"De-Def?" Rijal mengucek-ngucek matanya tidak percaya. "Bagaimana mungkin lo bisa berada di sini? Bukannya lo lagi di penjara?"
Def tersenyum miring, kemudian menghisap rokok yang berada di kedua jarinya, mengeluarkan gumpalan asap yang mengepul di udara. "Keluar bentar buat ngliat lelucon yang kalian lakukan."
"Maksud lo apa anjir?!" Rijal mendengkus.
"Kalian bertiga itu lebih mirip tikus got yang ketakutan, daripada disebut sebagai pahlawan yang akan melakukan penyelamatan."
"Kami lagi ngatur rencana, bego!" Rijal tak mau kalah.
Gavin tersenyum tipis, rindu akan momen-momen perdebatan seperti ini dalam persahabatan mereka.
"Rencana lo nggak guna, gue udah punya pasukan sendiri. Sebentar lagi mereka datang!" Def berucap santai, menyelipkan kedua tangannya pada saku celana. Kemudian mendongak ke atas. Menyemburkan asap rokok dari mulutnya.
Tak lama kemudian, terdengar sirine beberapa mobil dari polisi yang berdatangan. Setelah sampai di depan pagar tembok, seluruh anggota polisi langsung keluar dari mobil dengan senjata lengkap. Memulai penggrebekan.
***
Sementara di dalam gedung tua itu. Raffa dan Aliqa sedang bertarung dengan bahaya. Aliqa yang tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam gedung, langsung ditangkap dengan mudah oleh para penjahat.
Dorrr!
Raffa langsung terperangah melihat sebuah tembakan yang tiba-tiba saja melesat ke punggung Aliqa. Tubuh Aliqa langsung terbujur kaku dipelukan Raffa.
"Sorry, udah buat kalian berdua nunggu lama." Salah satu penjahat meniup ujung pistolnya setelah menembak Aliqa.
Raffa langsung terperangah. Dunianya berhenti beberapa detik. Berpindah ke dimensi lain. Hingga kesadarannya kembali ditandai dengan otot-ototnya yang mulai muncul. Rahangnya mengeras, tatapannya berubah menjadi tajam. Tangannya terkepal kuat menahan amarah yang siap meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFIA'S TEARS
Fiksi RemajaHidup di tengah-tengah keluarga yang tidak menginginkan kehadirannya membuat Tafia merasa serba salah. Apalagi dia harus sekelas dengan saudara tiri yang kerap membully-nya. Sampai pada akhirnya tiga cowok badboy di sekolah menjadikan Tafia sebagai...