Part 16 : Indonesia Bercanda

14.3K 1.6K 431
                                    

Follow ig : @nurudin_fereira

Parah emang, belum ada sehari udah tembus 500 komen... Kasih authornya napas lah 😄

______________

"Taf, lo mau nggak jadi pacar gue?" ucap Raffa dengan wajah gusar.

Tenggorokan Tafia tercekat.
Semua anak-anak di dalam kelas langsung terperangah. Kegaduhan yang terjadi di dalam kelas mendadak senyap.

"Gue nggak kuat kayak gini terus." Raffa mengusap-ngusap wajahnya kasar. "Gue pengen cepet move on dari Aliqa."

Tafia menelan ludahnya dengan susah payah.

"Lo mau, kan, jadi pacar gue, Taf? Gue nggak mau balikkan sama Aliqa. Gue lebih baik pacaran sama lo daripada diteror terus sama mantan." Raffa menatap Tafia penuh harap.

Tafia menggigit bibir. Bingung akan menjawab apa.

"Taf, please jadi pacar gue ya," bujuknya lagi dengan wajah memelas.

"A ... aku nggak pernah pacaran," jawab Tafia gugup. Ini kedua kalinya Tafia ditembak oleh cowok, setelah Gavin kemarin malam. Sensasinya tetap sama. Gugup, bingung, dan mendebarkan. Apalagi semua anak di seantero kelas menatap ke arahnya dengan wajah tegang.

"Itu nggak masalah, Taf, yang penting lo jadi pacar gue." Rahang Raffa mengeras, entah kenapa cowok itu tiba-tiba tersulut emosi. Tangannya terkepal kuat, sampai buku-buku jemarinya memucat.

Brakkk!!!!

"LO HARUS JADI PACAR GUE!!" bentak Raffa sambil menggebrak meja dengan kasar. Nada suaranya meninggi.

Tafia terkejut sampai tidak sadar mengatakan. "Iya!"

Deg.

Hening.

Semua orang terdiam.

Raffa terhuyung dan nyaris terjatuh jika kedua tangannya tidak menyangga meja Tafia. Cowok itu menghela napas, mencoba merdam emosi. "Syukurlah lo mau jadi pacar gue," lirih Raffa dengan napas tersengal. Menatap Tafia yang justru malah ketakutan melihat wajahnya yang memerah.

"Tapi ...," ucapan Raffa terhenti. "Abaikan aja ucapan gue barusan, karena gue cuma bercanda doang." Raffa menggigit bibir sambil memijat-mijat kening. "Gue masih sayang sama Aliqa."

Raffa menarik tasnya kembali kemudian keluar dari kelas. Cowok itu berubah pikiran.

Def masih melongo menatap kepergian Raffa. "Wong edan!" gumamnya.

Caramel yang duduk di belakangnya menyahut. "Jantungku hampir mau loncat ngliat adegan romantis."

"Diem lo es doger." Def melotot. Sementara Gavin yang duduk di sebelahnya menghela napas lega.

Pandangan Gavin tertuju pada Tafia yang kini sedang menunduk dengan wajah malu. Sedetik kemudian, cowok itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain setelah Tafia tiba-tiba menoleh ke arahnya dengan wajah sendu.

***

"Lo lihat, kan, Raffa sekarang kayak apa?"

Gavin yang sedang menyenderkan tubuhnya pada tembok di depan koridor hanya terdiam. Belum berminat menoleh ke arah suara.

"Dia sangat kacau dan susah dimengerti. Bukan tidak mungkin dia bakalan bunuh diri karena terlalu frustasi."

"Raffa bukan cowok yang lemah," jawab Gavin datar.

"Lo nggak tahu apa yang dipikirkan dia sekarang." Def melewati Gavin begitu saja, melangkah menyusuri koridor. "Kita bakalan atur strategi lagi buat Aliqa supaya bisa menarik perhatian Raffa."

TAFIA'S TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang